Selasa, 14 April 2015

Jamu, herbal terstandar, atau fitofarmaka ..

Jamu adalah istilah jawa untuk obat tradisional yang dibuat dari ramuan tanaman obat, bisa bunga, buah, kulit pohon, dan akar.  Sesungguhnya jamu sudah melalui perjalanan panjang.  Jauh sebelum Belnda masuk dan menjajah Indonesia, jamu adalah bagian dari ratusa jenis pengobatan tradisional di Nusantara.  Tidak seperti sekrang ketika orang bisa seenaknya mengaku dukun yang bisa mengobati, dulu untuk menjadi dukun perlu persyaratan tertentu:  berbkat, tahan uji, dan tentu saja religius.  Paling tidak, seorang dukun butuh waktu lima tahun untuk menurunkan ilmu kepada penerusnya (suparlan dalam The Javanese Dukun, 1991).  sementara itu, penelitian Tuschinsky (balancing hot and cold-balancing power and weakness: social and  cultural aspect of malay jamu in singapore, dalam social science and medicine, 1995) menunjukkan, komposisi susatu ramuan bisa mencapai 40 elemen

Namun, kehadiran Jacob BOntius yang bertugas melayani kesehatan di Indonesia tahun 1626 menyurutkan  kejayaan jamu.  Seperti yang ditulis Hesch dalam Social Science and Medicine tentang "To Strenghthen and Refresh:  Herbal Therapy in Southeast Asia", 1988, Bontius membawa teknik pengobatan Eropa menjadi cikal kedokteran modern di Indonesia.

Jamu mencapai kejayaan kembali ketika Indonesia menghadapi masa krisis seperti zaman penjajahan Jepang ataupun krisis keuangan pada tahun 1960 an dan 1998.   Namun, begitu krisis lewat, tak ada lagi yang memperhatikan jamu.  Untunglah, kesadaran dunia untuk kembali ke alam menyemarakkan kehadiran jamu.  Banyak perusahaan jamu tumbuh dengan omzet besar.

Kini, di puncak tawangmangu yang dingin, jarak 42 km dari kota solo, jawa tengah, berdiri balai besar Penelitian dan Pengembangan Tanaman Obat dan Obat tradisional.  Tanpa banyak publikasi, lembaga ini telah meneliti dan mengembangkan tanaman obat dan jamu dari pelosok nusantara.

Bekerja sama dengan 26 perguruan tinggi, sudah dikumpulkan berbagai ramuan dan tanaman obat dari 209 etnis di 26 provinsi di luar jawa dan bali.  Hasilnya adalah identifikasi 15.773 ramuan, 19.739 tanaman obat, dan 1.324 pengobat tradisional.  Ada empat kebun dengan total luas 21 hektar, pengolahan pascapanen, laboratorium terpadu, dan rumah riset jamu.  Program pelatihannya telah mendidik 384 dokter dan 71 apoteker untuk saintifikasi jamu  Pengembangan jamu memang dilakukan lewat saintifikasi, dengan standardidsasi dan fitofarmaka jamu.  Saintifikasi berarti mendekati jamu secara ilmiah lewat studi etnofarmakologi, formulasi, serta uji laboratorium dan klinik.  Standardisasi berarti keamanan dan khasiat jamu sudah sesuai standar.  Fitofarmaka adalah sedian obat bahan alam yag sudah teruji secara ilmiah.  saat ini sudah ada dua jamu saintifik, yaitu untuk hipertensi ringan dan masalah aasam urat.  target tahun 2015 adalah uji saintifikasi untuk 24 formula jamu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar