Jumat, 29 November 2013

Wahyu Cakraningrat

Dalam kekuasaan raja di Jawa dikenal Wahyu Cakraningrat.  Wahyu Cakraningrat ini, jika diejawantahkan pada masa kini adalah karisma.

Para tokoh ynang menjadi calon  presiden atau yang diusulkan untuk menjadi calon prsiden, harus menggunakan waktu yang tersisa untuk membangun karisma dalam diri mereka agar pemilih mau memilih mereka.

Tanpa karism yang memadai, sulit bagi par calon presiden itu meraih mayoritas suara pemilih.  Dan, hanya dengan karisma itu pulalah seorang presiden dapat dengan aman menduduki jabatan tersebut.  Jika karisma, atau wahyu cakraningrat, sudah meninggalkan seorang raja, atau dalam hal ini residen , kekuasaannya akan berlalu, tidak ada yang dapat dilakukan untuk mencegahnya.

PResiden Soekarno, yang sebelumnya begitu dipuja-puji oleh segenap rakyat Indonesia, mengalami hal itu menjelang akhir kekuasaannya.  John Hughes dalam buunya, The End of Sukarno, A Coup that Misfired: A Purge Ran Wild, terbitan Archipelago Press menulis, "Selama hampir 20  tahun, Presiden Sukarno menebar pesona sihir politiknya melintasi Indonesia.  Namun, di Ibu kota Indonesia, Djakarta, pada suatu hari yang panas dan lembab pda bulan Maret 1967, pesona itu akhirnya lenyap, sihirnya pun kehilangan kekuatannya, dan legenda itu hancur berantakan.  Sukarno dilucuti oleh wakil-wakil rakyatnya sendiri dari sisa-sisa kekuasaannya.  Malahan, mereka melantik dan mengambil sumpah seorang jenderal Angkatan Darat berusai 46 tahun bernama Suharto sebagai Penjabat Presiden."

Peristiwa yang sama juga dialami oleh PResiden Soeharto.  Sulit untuk menjelaskan mengapa Soeharto yang sudah memerintah lebih dari 30 tahun, dan secara bulat diangkat oleh MPR sebagai presiden untuk periode yang ketujuh (1998-2003), diminta untuk meletakkan jabatannya tidak sampai 70 hari sesudahnya.

nasib Presiden Abdurrahman Wahid tidak jauh berbeda.  MPR yang mengukuhkannya sebagai presiden untuk periode 1999-2004, adalah juga yang memberhentikannya dan melantik Megawati Soekarnoputri sebagai penggantinya, 23 Juli 2001.

Keadaan Presiden Megawati Soekarnoputri berbeda.  Karisma yang dimilikinya cukup untuk membuat MPR memilihnya sebagai presiden.  namun, tidak cukup untuk membuatnya meraih suara terbanyak dalam pemilihan presiden yang digagasnya.  Sebagai presiden yang tengah menjabat (incumbent, alias petahana), Megawati dikalahkan oleh Susilo Bambang Yudhoyono yang merupakan pendatang baru.

Melihat arti penting dari karisma seseorang untuk memuluskan perjalanannya ke kursi kekuasaan, maka selayaknya juga para calon mempersiapkan diri sebaik-baiknya dengan atau lewat membangun karisma, antara lain dengan membangun citra (pencitraan), antara lain lewat pemberitaan di media massa, iklan, atau bahkan blusukan

Wadi, Fermentasi Ikan ala Dayak dan Banjar

Antropolog Marko mahin  (November 2013) menuturkan, pengolahan ikan baik diasinkan atau difermentasi menjadi wadi merupakan bagian strategi warga Dayak mengatur pola makan.  Wadi menjadi cadangan makanan saat warga sedang disibukkan dengan kegiatan berladang atau memanen padi. 

Ketika sedang bertanam atau memanen padi, warga tidak sempat berburu atau menangkap ikan tinggal mengeluarkan persediaan wadi yang disimpan di balanai (guci, belanga).  Fungsi guci ini semacam kulkas.  Tiap keluarga selalu punya, dikeluarkan saat musim mereka sibuk bekerja di ladang..  Pengasinan atau proses fermentaswi menjadi wadi berfungsi menghambat pertumbuhan bakteri merugikan.  Melalui cara ini ikan tidak rusak membusuk meskipun disimpan dalam waktu relatif lama. 

Awalnya, ikan yang sudah dipotong-potong seukuran separuh telapak tangan orang dewasa ditaburi garam selama sehari semalam.  Keesokan paginya, potongan ikan tersebut dicuci untuk emnghilangkan garam.  SElanjutnya, potongan ikan itu direndam larutan gula aren sehari semalam.  Keesokan harinya, potongan ikan ditiriskan dan ditaburi irisan bawang putih agar beraroma harum.

Potongan ikan tersebut yang siang itu dimasukkan  ke dalam stoples, lalu ditaburkan butiran beras berwarna coklat kekuningan ke potongan ikan.  Butiran beras itu pun sebelumnya juga menjalani serangkaian proses.  Diawali pencucian, penirisan selama semalam, disangrai hingga coklat kekuningan, hingga beras tersebut digiling kasar.  Sekitar seminggu kemudian, potongan ikan yang sudah ditaburi beras menjadi wadi.  Ikan terfermentasi yang menyengat baunya, tetapi lezat rasanya. 

Meskipun demiikian, dalam buku Maneser Panattau tatu Hiang (Menyelami Kekayaan leluhur) yang disunting Nila Riwut didasarkan pada buku Kalimantan Memanggil serta Kalimantan Membangun karya Tjilik Riwut (1918 - 1987)  bahan yng dicampurkan pada ikan yagn digarami untuk dijadikan wadi bukanlah beras melainkan padi-yang disangrai.  Padi tersebut disangrai hingga kering.  Pada kondisi masih panas, padi sangrai itu ditumbuk halus dan dicampurkan merata pada ikan yang digarami.  Selanjutnya disimpan dalam balanga (bambu tertutup rapaat) melalui cara ini, wadi disebutkan bisa tahan hingga setahun.

Untuk takaran garam yagn pas membuat wadi agar rasanya bisa diterima khalayak lebih luas.  Sebanyak atau sesuai kebiasaan.  Wadi terenak adalah yagnmenggunakan garam sebanyak 15 persen terhadap berat total ikan.  Wadi yang diolah dengan gula aren terlalu banyak akan menghitam ketika digoreng sehingg penampilannya tidak menarik.  DIdapati bahwa persentase gula aren yang pas ditambahkan dalam pembuatan wadi adalah 15 persen terhadap berat total ikan.  Penambahan jus jeruk nipis boleh juga, asal  berkadar 4 persen paling enak dalam membuat wadi.  Jadi, formula terbaik yakni 15 persen garam, 15 persen gula aren dan 4 persen jeruk nipis.

Kisah Lagu KEMESRAAN

Dikisahkan oleh Johnny Sahilatua, November 2013

Tahun 1986, Franky Sahilatua minta kepada adiknya, Johnny untuk menciptakan lagu pop yang bisa meledak.  "saya dikurung di kamar belakang rumah kontrakann dia.  Saya tak boleh keluar sebelum tercipta sebuah lagu.  Satu jam saya ciptakan lirik dan lagunya ('kemesraan')," 

Oleh Franky, lagu itu sedikit diubah lirik dan iramanya.  Lagu itu lalu diberikan kepada penyanyi Rita Rubi Hartland dan Iwan Fals.

Menteri Tenaga Kerja Sudomo waktu itu (tahun 1980-an) mengatakan suka pda lagunya dan ikut memopulerkannya.

Lain lagi dengan kisah lagu "Damai Bersamamu" yang musiknya diolah Erwin Gutawa, saya ciptakan lagu dan liriknya dalam waktu satu jam di kantor tempat saya bekerja.

Saya tak banyak tampil sebagai penyanyi karena suara saya mirip dengan Franky,  sehingga, jadilah kedua kakak saya Franky dan Jane Sahilatua yang maju :)

catatan:  Johnny Sahilatua, sampai kisah ini dituliskan, telah merekam 74 lagu ciptaannya

Kamis, 28 November 2013

James Cameron: "Bagaimana jika Yesus sebenarnya Tidak Ada Sama Sekali?"

BAGAIMANA jika Yesus sebenarnya tidak ada sama sekali?  akhir-akhir ini para pakar berkata tepat demikian.  Teorinya bahwa Yesus emrupakan sebuah konflasi dari mitos manusia pagan dan kematian/kebangkitan dengan tradisi-tradisi al-Masih yahudi abad pertama, dan bahwa dia (Yesus) tidak lagi memiliki substansi historis dibandingkan dengan zeus.

Sejak  abad pertama dalam berbagai misteri agama pagan:  Osiris, Attis, dan Dionysus, semuanya, adalah manusia-manusia dewa yang wafat sekitar musim Paskah (saat musim semi dimana waktu siang dan malam sama lamanya), dan dibangkitkan kembali setelah tiga hari.  Dan ketiga dewa ini telah lebih dulu ada dari Yesus sejak berabad-abad lamanya.  Natal itu sendiri menurut anggapan banyak sarjana adalah hasil adopsi dari tradisi pagan saat merayakan titik balik matahari.  Banyaknya pokok-pokok naratif dari cerita  tentang Yesus, seprti kelahiran Perawan Suci dan Kebangkitan yang telah ada sejak beratus tahun mendahului kemungkinan keberadaan Yesus itu sendiri, emmaksa terbukanya kasus bahwa dia sama sekali tidak pernah ada, tapi hanya merupakan mitos yang diciptakan untuk memenuhi kepentingan tertentu.  Tidak adanya satu partikel pun yang menunjukkan bukti fisik bahwa Yesus benar-benar hidup, membuat gerakan yagn muncul diantara pra ahli sejrah akhir-akhir ini tidak bisa disangkal berdasarkan faktanya.Akan tetapi, sekarang, dengan buku yang sangat mengejutkan ini, Simcha Jacobivi dan Charles Pellegrino telah menyampakan tidak hanya sebutir fakta, tetapi benar-benar berbutir-butir bukti  yang tak terhingga.  Saya yakin penyelidikan mereka merupakan bukti yang melampaui segala keraguan bahwa makam Yahudi dari abad pertama yang ditemukan di Talpiot, Jerusalem, di tahun 1980 adalah makam Yesus dan keluarganya.  Yan glebih megnejutkan lagi adalah apa yang dikatakan oleh bukti fisik yang berasal dari dalam makam itu tentang Yesus, kematiannya, dan hubungannya dengan anggota keluarga yang lain yang ditemukan di situs pemakaman yang sama.

Sutu kali saya ditanya oleh seorang pewawancara ang mulai bosan membicarakan film-film saya, "Jika Anda bisa bertemu dengan seseorang dari sejarah, siapakah itu?"  Bagaimana jika ada mesin waktu yang bisa membuat orang kembali ke masa lalu dan memandang ke dalam mata seseorang yang hidup berabad-abad yang lalu? Newton, Ben Franklin, Julius Caesar -betapa menariknya melihat bagaimana mereka sesungguhnya?  Mungkin saya akan memilih Hatshepsut, satu-satunya wanita selama tiga ribu tahun sejarah Mesir yang memerintah sebagai Fir'aun, karena saya selalu menyukai cerita-cerita tentang wanita-wanita kuat. 

Akan tetapi, yang keluar dari jawaban saya adalah "Yesus".  meskipun saya senriri tidak religius, saya selalu menganggap bahwa Yesus yang bersejarah ada secara nyata, dan bahwa dia paling tidak adalah seorang laiki-laki yang memiliki kekuatan pribadi dan kharisma yang luar biasa.  Apakah Anda percaya dia sebagai anak Tuhan atau hanya manusia biasa, tidak perlu dipertanyakan lagi, bahwa dia dalah salah satu dari banyak laki-laki penting yang pernah hidup, tak dapat disangkal, dia adalah laki-laki yang hidupnya terus memiliki dampak yang paling hebat untuk dunia kita.

Akan tetapi, kita tidak memiliki mesin waktu, dan ilmu fisika juga menunjukkan bahwa hal itu mustahil.  Kita harus percaya pada sejarah dan disiplin lain yang merupakan saudaranya, yaitu arkeologi.  Jadi, apa yang benar-benar kita tahu, secara hstoris dan arkeologis tentang Yesus? satu setengah miliar umat Kristen-lebih dari  seperlima dari populasi dunia-yakin bahwa mereka benar-benar tahu siapa Yesus itu.  Akan tetapi, apa yang sesungguhnya kita ketahui secara psti?

Sampai sekarang, sama sekali tidak ada bukti fisik dari keberadaannya.  Tidak ada cap jari, tulang-tulang, tidak ada foto yang diambil semasa hidupnya, tidak da apa-apa.  Tidak pula secarik kertas yang ditulis oleh tangan yesus sendiri.  Tentu saja ada reliks-reliks suci yang  terkenal, seperti potongan salib asli dan kain kafan dari turin, tetapi semua ini berasal dari sumber yang dipertanyakan dan mengacu pada masa berabad-abad berikutnya.  Hampir semua ahli arkeologi menolaknya.

Saat Yesus dan pengikut-pengikutnya melalui Judea dari abad pertama, tidak da kamera, perekam, dan pencatat stenografi dalam sidang.  Tidak ada rekaman tertulis yang tidak memihak yang sampai pada kita, yang mungkin bisa memberi bukti mandiri, seperti catatan-catatan tentang cara pengadilan Romawi.  Kita bahkan tidak memiliki rekaman sensus yang paling mendasar tentang kelahirannya.

Beberapa ahli sejarah Kitab Injil dan arkeologi ternama telah memberikan sumbangannya pda penyelidikan ini.  Namun demikian, hasil-hasil penemuan kami akan ditantang-sebagaimana seharusnya.  Hal itu adalah proses ilmiah yang mendorong kepada kebenaran yang diterima. 

Saat saya menulis ini adalah saat malam natal.  Dunia tengah dicabik-cabik oleh perang sebagaimana biasanya, dan perang-perang itu lebih berpusat di tanah-tanah Injil dibanding perang-perang sebelumnya selama abad ini. Beberapa bulan yang lalu, bagian terakhir dari produksi film kami ditunda karena roket orang-orang Libanon Katusha jtuh terlalu dekat dengan lokasi-lokasi kami di Nazareth.  Tangisan Yesus sebagai kasih diantara manusia benar-benar dibutuhkan sekarang ini dibanding sebelumnya.  Pada hari Natal kita merayakan kelahiran seorang laki-laki yang menyeru kepada kebaikan yang ada diantara kita semua, seorang laki-laki yang memberikan harapan pad dunia dua ribu tahun silam.  Perkataan, pemikiran, dan perbuatannya telah menggema selama berabad-abad dan tak terlupakan.

Tetapi siapakah Yesus ini sebenarnya?
Bacalah. Anda akan bertemu dia

James Cameron, 24 Desember 2006

Kurikulum

Untuk para pengenyam pendidikan, istilah kurikulum bukanlah sesuatu yang asing.  namun, tidak semua orang yang pernah bersekolah megnetahui ariti kurikulum.  Kurikulum berasal dari bahasa Yunani kuno, curir yaang artinya pelari dan curere yang berarti tempat pacuan.

mengacu pada asal katanya, kurikulum merupakan istilah dalam dunia olahraga masa lalu yang memiliki makna jarakk yang harus ditempuh seorang pelari.  Setelah istilah tersebut diserap ke dalam duni pendidikan, artinya menjadi sejumlah mata pelajaran yang harus ditempuh atau diselesaikan peserta didik.

Beberapa sumber juga mengungkapkan arti kurikulum.  Semisal, Ronald C Doll mengatakan, kurikulum sekolah adalah isi dan proses formal maupun nonformal yang mengantarakan peseta didik memperoleh pengetahuan dan pemahaman.  Selain itu, peserta didik mengalami perkembangan keterampian, perubahan tinghkah laku, apresiasi, dan nilai-nilai  di bawah bantuan lembaga pendidikan.

Sementara itu, J Galen Saylor, William m Alexander, dan Arthur J Lewis menyimpulkan, kurikulum merupakan perencanaan untuk memperbaiki seprangkat pembelajaran agar seseorang menjadi lebih terdidik.  Adapun Danniel Tanner mengatakan, kurikulum merupakan rekonstruksi dari pengetahuan dan pengalaman secara sistematik yang dikembangkan sekolah atau perguruan tinggi, Tujuannya, peserta didik bisa meningkatkan pengetahuannya dan pengalamannya.

Dengan demikian, jika dipersempit, kurikulum merupakan kumpulan pelajaran yang diberikan kepada peserta didik secara teoretis maupun praktik selama mengikuti seuatu proses pendidikan.  Di sini, kurikulum lebih bersifat pragmatis karena hanya menyediakan bekal pengetahuan dan keterampilan agar peserta didik dapat melanjutkan ke jenjang berikutnya. 

Sementara itu, jika dilihat lebih luas, kurikulum menjadi semua pengalaman yang diberikan lembaga pendidikan yang dinilai mendukung kelulusan peserta didik secara optimal.  Contohnya, penggunaan seragam, pengaturan waktu belajar, penyediaan laboratorium, hingg a penerapan penghargaan dan sanksi.

Marco Polo, dalam Dongeng Kebangsaan dan keluarga

Marco Polo lahir di Venesia, Italia, 15 SEptember 1254.  Belajar dari ayah dan pamannya, Niccolo dan Maffeo, Marco Polo pada 127y1 mengadakan perjalanan dengan kapal layar ke Asia termasuk ke Indonesia.

Ketika dipenjara karena pertempuran antara Venesia dan Genoa, tahun 1296, Marco Polo bercerita tentang perjalanannya ke Asia kepada rekannya sepenjara.  Cerita itu jadi buku.

Buku itu sampai kini terkenal di seluruh dunia.  marco Polo menjadi salah satu tokoh dunia yang memperkenalkan Asia kepada Eropa.  Kehidupan dalam keluarganya membentuk Marco jadi tokoh penemu dunia baru.

Dari kisah-kisah dalam keluarga menjadi kisah bangsa-bangsa di dunia.  Marco Polo mengikuti perjalanan menemui berlimpahnya rempah-rempah di setiap sudut India.  Rempah-rempah di India dirasakan kurang lengkap.  Pelayaran sampai ke Indonesia yang lebih punya banyk rempah-rempah.  Pelayaran sampai ke Indonesia yang lebih punya banyak rempah-rempah.  Di Sumatera dan jawa; Marco Polo melihat padi dan sawah berlimpah ruah.  "Padi adalah ibu pertiwi Ineonesia"..

Kini, Indonesia mengimpor padi dan rempah-rempah.  Ibu pertiwi pusing.  Banyak kehidupan dalam keluarga sakit.  Dari kisah-kisah dalam keluarga menjadi kisah bangsa-bangsa di dunia.  Masalah etika politik berbangsa dan bernegara, kemelut korupsi negara, soal krisis energi dan pangan, krisis keuangan sampai kebudayaan.   serta masalah sampah dan limbah sangat bisa ditelursuri dari kehidupan dalam keluarga (relasi ayah, ibu, dan anak)

Setiap kehidupan dalam keluarga menentukan kehidupan bangsa.  Apabila sel-sel dalam tubuh manusia rusak, manusianya jadi sakit.  Apabila dalam kehidupan keluarga tidak sehat, bangsa bisa sakit.  Keluarga adalah basis manusia unutuk mengenal dunia, termasuk dunia mulia atau dunia korupsi, menjadi sarjana, atau durjana .....

Nasi Pera, Nasi Urang Banjar

Urang Banjar yang mendiami Kalimantan Selatan memiliki cita rasa unik tentang lezat tidaknya nasi atau ketupat.  Nasi dan ketupat justru disebut lezat jika terhidang pera, berbutir-butir, tidak pulen.  Selera itu membuat banyak petaninya bertahan menanam beras ladang yang dikenal wangi, enak dan pera.

Beras siam, yang menjadi bahan baku ketupat pera bentuknya lebih langsing ketimbang beras unggul.  Ada lebih dari sekitar 10 macam beras, seperti siam banjar, mayang, mutiara, rukut, dan kardil.  Ementar beras unggul antara lain beras dari jawa yaitu ciherang dan pandan wangi.  Ada pula beras yang menjadi bahan terbaik wadal atau kue sajian atau kue sajian, yang disimpan dalam bentuk gabah dan baru digiling ketika akan dijual, bahakan telah dipanen lebih dari dua tahun lalu, yakni unus mayang.

Secara umum, semua padi lokal boleh disebut sebagai siam unus, beras yang dimuliakan dan dibenihkan oleh para petaninya sendiri sehingga kerap kali ditemukan penanaman beras siam unus yang didasarkan kepada nama petani yang memuliakan benih padi itu.  Jadi, varian dari padi lokal sangat banyak, tak terbilang.

Cita rasa khas masyarakat Banjar yang menyukai beras  pera telah ikut menyelmatkan keanekaragaman hayati padi di Kalimantan Selatan, yang tternyata juga menjadi sumber daya bagi pemuliaan benih padi di Indonesia.  Siam unus mutiara dari Barito Kuala dan siam unus sabah dari Banjar  adalah dua jenis padi lokal yang oleh Kementerian pertanian ditetapkan sebagai salah satu benih unggulan.


Selera dan pemuliaan benih ini saling berkelindan.  Urang Banjar punya beragam menu ketupat atau nasinya dimasak dari beras ladang dan beras rawa, salah satunya ketupat kandangan yang pera, namun lezatnya minta ampun.

Kebiasaan orang kandangan, memakan ketupat kandangan menggunakan tangan.   Ketupatnya diremas, dan pasti hancur karena berasnya pera.

Sehingga, sambil menyantap gurihnya santan kuah ketupat kandnagan, terdapat lelucon tentang orang kandangan yang bersusah-payah memasak beras menjadi ketupat hanya untuk diremuk di piring.  Secara fisik, ketupat kandangan sebenarnya sama dengan ketupat daerah lain yang menggunakan bungkus daun kelapa muda yang dianyam memutar.  Bedanya, ketupat kandangan disajikan bersama lauk ikan haruan (gabus) asap dan kuah kental bersantan.  Kadang disediakan tambahan telur itik dari daerah Alabio dan kerupuk.  Ketupat yang diremas remuk akan tercerai-berai, berbutir-butir.  Wujudnya tak berbeda dari sepiring nasi pera.  Seperti  juga bila tidak diremas pun, ketupat akan remuk terendam santan  yagn sungguh kental.

Ketupat kandngan hanya bisa dibuat dari eras siam unus.  Kalau pakai beras dari jawa seperti ciherang dan / atau pandan wangi, jadinya pulen tidak bisa pera seperti ketupat kandangan.

Nama ketupat kandangan diambil dari nama daerah yangmenjadi asal hidangan.  Kandangan, sebuah kota kecil, ibu kota kabupaten Hulu Sungai Selatan, berada sekitar 125 kilometer arah timur laut dari Banjarmasin, ibu kota Provinsi Kalimantan Selatan.  memasuki Kota Kandangan, tugu masuk dari arah kota tetangga pun berbentuk ketupat besar.

Selasa, 26 November 2013

Kaus Kaki Natal

Menjelang Natal, di negara-negara yang merahyakannya terdapat tradisi untuk menempatkan kaus kaki pada sisi tempat tidur anak-anak atau di ujung perapian atau tembok.  kaus kaki yang berukuran lebih besar dari kaus kaki pada umumnya itu dikenal dengan kaus kaki natal (christmas stocking).

kemunculan tradisi ini nyaris tidak bisa dilacak dari sejarah karena tidak ada catatan  tertulis mengenai tradisi ini di masa lampau.  yang ada hanyalahkisah berupa dongeng mengenai si dermawan Saint Nicholas atau dikenal juga sebagai Sinterklas. 

Salah satu kisah legenda menyatakan bahwa dahulu kala, hiduplah seorang pria dengan tiga anak perempuannya.  Pria itu sangat miskin sehingga ia tidak bisa menikahkan ketiga anaknya.  Saint Nicholas sedang melewati desa tersebut ketika warga desa membicarakan keluarga miskin tersebut.  hati Saint Nicholas tersentuh dan dia memutuskan untuk membantu.  Saat malam menjelang, Saint Nicholas melemparkan tiga karung berisi emas y ang salah satunya masuk ke kaus kaki yang kebetulan sedang digantung di dalam rumah si pria miskin.  keluarga tersebut akhirnya lepas darikemiskinan danketiga anak perempuan tersebut bisa menikah.

Ini kemudian menjadi mitos anak-anak bahwa jika mereka bersikap baik, sinterklas akan memberikan hadiah keinginan mereka ke dalam kaus kaki Natal mereka.  namun, jika ia bersikap tidak baik, ia akan mendapatkan bongkahan batubara

Potret Sejarah dalam Gores Lukisan

Dalam periode akhir 1930-an hingga akhir 1990-an, para pelukis Indonesia menghasilkan berbagai macam karya seturut probelamtika serta keunikannya.  Sebagian besar karya tersebut tersimpan di tangan para kolektor.  Jika dilihat dan ditampilkan lagi, akan tampak terang benang merah sejarah seni lukis Indonesia.  Berikut adalah sekedar ikhtisarnya

Lukisan masterpiece diantaranya "Me and Three Venuses" (1947) karya S Sudjojono, "Chained Boar" (1964) karya Affandi, "To You People of Jogja" (1949) karya Soedibio, dan "The COrn Eater" (1988) karya Sudjana Kerton.  Empat pelukis ini merupakan tokoh seniman yang berjasa mengguratkan coarak-corak seni lukis Indonesia di era tahun 1930-an.  Sosok Sudjojono pada masa itu bahkan berani mendobrak tren lukisan Nusantara yagn cenderung mengeksplorasi eksotika timur, mooi indie atau Hindia yang molek.

Representasi yang dipermasalahkan sudjojono adalah anggapan tersebut berdasarkan obyektivitas negara-negara Barat.  Bagi sudtu pandang yang lain, Timur sejatinya adalah yang otentik, timur yang sedang diisap oleh kolonialisme, ditindas, dan dijadikan titik perluasan kapitalisme barat.

Karena itulah, Sudjojono mengimbau para pelukis pada zaman itu untuk melukis pabrik-pabrik gula, petani kurus, mobil orang kaya, busana kaum perkotaan, dan aneka macam potret ketertindasan orang timur.  Keberanian Sudjojono menggugat hegemoni Barat menadikan dia dipercaya sebagai bapak seni lukis modern Indonesia.

Sudjojono, sang pendiri persatuan Ahli-ahli Gambar (Persagi) tahun 1938, ini mengalami sejumlah periode  zaman, mulai dari kolonial, Jepang, revolusi, hingga Orde Baru.  Karena itu, karya-karyanya turut menginspirasi banyak pelukis termasuk pelukis-pelukis kawakan, seperti Affandi, Soedibio, Nashar, dan Oesman Effendi.

Setelah menerima inspirasi dari lukisan-lukisan Sudjojono, para seniman ini mengembangkan gaya mereka masing-masing menjadi sebuah identitas baru dalam setiap lukisan mereka.

Fenomena berbeda berkembang di lingkungan para pelukis Bandung yang tidak pernah bersentuha nlangsung dengan Sudjojono. 

Tahun 1950-an seniman lukis Bandung banyak belajar dari dosen-dosen seni rupa Barat sehingga muncullah But Muchtar dengan gaya lukisan geometrik, kubistik yangmewakili generasi seni lukis modern.  Tak seperti pelukis lain yang mengambil tema alam, budaya atau persoalan sosial, But Muchtar lebih menangggap lukisan sebagai ruang eksplorasi diri pada bidang, bentuk, komposisi, warna, atau garis-garis.

memasuki era sebelum dan sesudah tahun 1965, tampillah dua pelukis kekiri-kirian AD Pirous dan Djoko Pekik.  Karya-karya lukisan pda masa ini banyak diwarnai fenomena kekerasan dan penindasan seperti yang ditampilkan Djoko Pekik dalam beberapa karyanya yang menyimbolkan ekspresi-ekspresi penderitaan rakyat.

Selang beberapa tahun, pada era 1970-an, tema-tema kemodernan, identitas dan kepribadian nasional megngalami redefinisi dan reevaluasi.  Beberapa seniman, seperti Siti Adiyati, FX Harsono,d an Dede Eri Supria terlibat dalam aksi Desember Hitam yang mengkritisi kemapanan estetika seni lukis dan sempitnya ruang gerak bagi para seniman muda.

Pada masa ini muncul Gerakan Seni Rupa Baru (GRSB) yang fenomenal dan membuka jalan bagi kemunculan karya  nonkonvensional dalam tradisi fine art.

Melangkah ke era 1980-1990-an, karya-karya surealisme bermunculan.  pada masa ini pula, banyak seniman yang menampilkan karya-karya bernapas demokratisasi di tengah tekanan rezim orde baru.  sebagian di antaranya lebih memilih melukis dengan bahasa abstrak, tidak omong apa-apa, tidak merepresentasikan apa-apa, dan hanya menampilkan keindahanbentuk serta warna.

Setalah Orde Baru berlalu, mencuatlah beberapa seniman dengan napas yang relatif sama seperti Nasirun, Entang Wiharso, juga Heri Dono yan gmengombinasikan khazanah tradisi lokal dengan narasi wayang dan bentuknya yang serba pipih.  Logika mereka seolah-olah layaknya dalang semua.  Meski demikian, tema-tema satire mengkritisi situasi politik negara tetap mengemuka,seperti yang ditampilkan Yuswantoro Adi dalam lukisan-lukisannya.

Meski pada awalnya karya-karya tersebut terpisah-pisah dalam fragmen-fragmen tersendiri, namun setelah disandingkan satu sama lain maka terlihat bahwa seni lukis Indonesia mempunya benang merah.  Intinya, semua seniman gelisah dan ingin mencari identitas yang khas Indonesia.

Catatan:

Nama S. Sudjojono boleh jadi sudah dikenal luas oleh publik seni di Tanah Air. Tapi, seberapa dalam sebenarnya kita memahami sosok, karya maupun pemikirannya?

Pada 25 Maret 1986, ketika Sudjojono wafat, dunia seni rupa Indonesia berkabung dan merasa kehilangan. Kini dalam rentang seabad kelahirannya (1913-2013), kita kembali mengenangnya sebagai Bapak Seni Lukis Indonesia Baru. Julukan terhormat ini dideklarasikan oleh kritikus Trisno Sumardjo melalui esai panjangnya, S. Sudjojono: Bapak Seni Lukis Indonesia Baru (1949). Adalah Trisno Sumardjo pula yang mengatakan, Sudjojono adalah “bunyi nafiri yang mengeluarkan suara baru… Orang yang pertama-tama menyadarkan pembaharuan serta melaksanakannya di dunia kenyataan, baik dengan membuat lukisan-lukisannya, maupun dengan memancarkannya ke dalam masyarakat”. Sastrawan Rivai Apin tak ragu mengukuhkan kepeloporannya: “Di Indonesia yang memulai seni lukis ialah Sudjojono.” Bagi kita, Sudjojono adalah orang pertama yang mendefinisikan istilah “seni” seraya mempopulerkan istilah “seniman”. Dia pula yang menciptakan kata “sanggar” dan “pelukis”.

Di masa Persagi (Persatuan Ahli-Ahli Gambar Indonesia; 1938-1942), lukisan-lukisannya menentang kehalusan kuas serta kecerlangan warna para pelukis naturalis yang dominan kala itu. Sapuan kasar dan warna-warna kusam adalah representasi penentangan Sudjojono, melahirkan antara lain lukisan Sayang Kami Bukan Anjing (1942). Sampai akhir hayatnya, ratusan karya –dengan beragam tema dan kekhasan teknik melukis- telah lahir dari tangannya, membuat sosoknya menonjol di antara para pelukis maestro Indonesia lainnya.

Memang, Sudjojono sosok –seniman dan pribadi- yang kompleks tentu saja. Dengan khidmat ia mengatakan bahwa dalam seni, “kebenaran” justru tak terpisah dari segi “kebagusan”. Baginya, itulah “pedoman seni lukis baru”. Seorang seniman adalah seorang pencipta dengan “jiwa besar”. Jiwa atau “watak” besar itu dengan sendirinya tampak pada hasil kerja seninya yang melampaui zaman: seni tak lain adalah “jiwa tampak”. Kredo itulah yang kini telah jauh melampaui masa hidup sang pencetusnya sendiri.

Tak syak, ia pun penganjur nasionalisme dalam seni lukis, yakni keniscayaan bagi seniman untuk menjadi “teman bangsanya sendiri”, tapi baginya “sari kesenian harus internasional”. Bagi Sudjojono, itu tak niscaya berarti “politik”, tapi soal rasa-merasa yang perlu dihayati oleh seniman. Sesungguhnya, Sudjojono pula yang memulai tradisi polemik dan kritik dalam seni rupa di Indonesia, dan –dengan nada profetis- selalu merasa tahu “kemana seni lukis Indonesia akan (kami) bawa.” Pendek kata, merenungkan kembali sosok ini adalah menemukan kembali sikap dan aura kesenimanan, narasi kebangsaan, pandangan politik dan tentu saja juga roman kehidupan.

Don Bosco, Gudang Peluru Terbesar Tentara Jepang

dari sumber:  http://id.berita.yahoo.com/kisah-perebutan-don-bosco-gudang-peluru-terbesar-di-220700259.html

Serangan bom atom yang dijatuhkan Amerika Serikat (AS) di Hiroshima dan Nagasaki pada 9 dan 15 Agustus 1945, membungkam ambisi Jepang untuk menguasai kawasan Asia Pasifik. Negeri Matahari Terbit menyerah tanpa syarat pada 2 September sekaligus mengakhiri perang dunia kedua.

Menyerahnya Jepang membuat daerah jajahannya di berbagai kawasan Asia, termasuk Indonesia mulai bergolak. Dwitunggal Soekarno Hatta langsung memproklamasikan kemerdekaan pada 17 Agustus, serta membuat sejumlah pemuda ikut mengangkat senjata.

Dalam buku yang diterbitkan Balai Pustaka berjudul 'Pertempuran Surabaya' tahun 1998 milik Pusat Sejarah ABRI menceritakan perjalanan panjang rakyat dalam mempertahankan kemerdekaan.

Di saat bersamaan, pemerintah Jepang di Hindia Belanda berupaya melucuti tentara Pembela Tanah Air (PETA) yang terdiri dari para pemuda pribumi. Untuk memenuhi keinginannya, mereka membohongi serdadu PETA agar menyerahkan senjatanya ke polisi Jepang, atau Keibodan.

Ternyata, rencana itu diketahui Moestopo, seorang dokter gigi yang juga pejuang. Dia menghubungi Moh Yasin selaku kepala polisi agar tak tertipu rayuan serdadu Jepang untuk melucuti tentara PETA.

Tak hanya itu, dia juga menyadari kemampuan persenjataan para pejuang masih kalah jauh dibandingkan tentara sekutu. Sebab, sebagian besar senjata yang dimiliki hanya bambu runcing, klewang, celurit dan senjata tajam lainnya.

Salah satu cara untuk mendapatkan senjata adalah dengan merebut persenjataan milik Jepang. Apalagi, mereka mengetahui balatentara Jepang memiliki gudang peluru terbesar se-Asia Tenggara di Don Bosco. Gudang ini dijaga Dai 10360 Butai Kaitsutiro Butai di bawah pimpinan Mayor Hazimoto dengan kekuatan 16 orang Jepang, 1 peleton pasukan heiho.

Keberadaan ini diketahui setelah 150 karyawan pribumi bekerja untuk menginventarisir persenjataan yang akan diserahkan kepada sekutu. Dari mereka, para tokoh mengetahui gudang tersebut bersifat strategis karena menyimpan banyak senjata dan peluru.

Mengetahui isi di dalam gudang, sekelompok pemuda, pelajar dan rakyat lantas melakukan pengepungan. Sebelum terjadi tembak-menembak tiga pemuda yang terdiri dari Subianto Notowardojo, Mamahit dan seorang wartawan Sutomo (Bung Tomo) yang ditemani perwakilan guru datang menemui Mayor Hazimoto. Mereka bernegosiasi agar Jepang menyerahkan senjata kepada rakyat Indonesia.

Permintaan lantas diamini Hazimoto. Namun dengan syarat, disaksikan polisi.

Syarat itu dipenuhi oleh ketiganya dengan memanggil Kepala Polisi Istimewa, Moh Jasin serta anak buahnya. Tak butuh waktu lama, Mayor Hazimoto menyerahkan kekuasaan gudang dengan menandatangani surat penyerahan.

Di tempat lain, tentara PETA yang dilucuti senjatanya marah. Bekas Cudanco (komandan kompi), Suryo bersama Shudanco (komandan peleton), Isa Idris menuju Kohara Butai di Gunungsari, Surabaya. Mereka menemui Kolonel Kohara untuk menyerahkan seluruh senjata yang dimiliki Jepang.

Kohara langsung mengiyakan, namun tetap meminta agar pedang samurai miliknya tidak ikut dibawa. Mendengar permintaan itu, keduanya sepakat untuk memenuhinya. Alhasil, 100 pucuk senjata berat dan ringan dibawa pasukannya.

Tak berhenti, keduanya juga menuju ke bekas markas tentara PETA di Gunungsari. Bersama pasukannya, mereka membawa 514 pucuk senjata yang terdiri dari 400 pucuk karabin, 14 pistol vickers, 50 mortir, 50 granat, dan 30 senapan berat dan ringan.

Berbeda dari ketiga tempat di atas, upaya diplomasi lain yang dilakukan Moestopo kepada pimpinan Tobu Jawa Butai (Komando Pertahanan Jawa Timur) menemui kegagalan. Padahal, di saat bersamaan lokasi tersebut sedang dikepung rakyat demi merebut senjata milik Jepang.

Moestopo lantas mengancam tidak akan bertanggung jawab serangan rakyat jika hingga pukul 10.00 WIB pasukan Jepang tetap pada pendirian. Namun, ancaman itu ditanggapi dingin.

Serangan itu pun terjadi, tembakan pertama terjadi tepat pukul 10.00 WIB usai Moestopo dan rombongannya meninggalkan kantor yang ditempati Jenderal Iwabe. Saat pertempuran terjadi, Iwabe menyadari kekuatan pasukannya tak sebanding, dia pun memohon agar tembak menembak dihentikan dan ikut berunding.

Dalam perundingan, Iwabe tetap berpendirian tidak akan menyerahkan senjata tanpa ada yang bertanggung jawab. Namun, Moestopo menjawab sembari menunjuk dirinya. "Ya ini, pemimpin Jawa Timur, yang mewakili gubernur, yang bernama Moestopo, bekas daidanco, ini yang bertanggung jawab," tegasnya.

Mendengar itu, staf Iwabe lantas menyodorkan surat penyerahan dalam bahasa Jepang. Surat itu ditandatangani secara bergantian oleh Moestopo, Soeyono, Moedjoko, Moh Jasin, Abdul Wahab dan Rahman. Setelah itu, gudang dibuka dan para pemuda berhamburan masuk sekaligus membagi-bagikan senjata.

Perebutan gudang senjata ini membuat arek-arek Suroboyo punya modal senjata melawan sekutu yang ingin kembali menguasai Indonesia.

Asal Muasal Pertempuran 10 November 1945

dari sumber :  http://id.berita.yahoo.com/baru-5-hari-di-surabaya-inggris-kehilangan-jenderal-005743296.html

Dalam menghadapi Jerman dalam Perang Dunia II, Inggris tak pernah kehilangan satu pun jenderalnya. Namun saat pasukan Inggris tiba di Surabaya, lima hari kemudian atau pada 30 Oktober 1945 seorang jenderalnya terbunuh, yakni Brigadir A.W.S. Mallaby. Inilah muasal pertempuran 10 November 1945.

Dalam catatan Batara R. Hutagalung dalam buku, "10 November 1945: Mengapa Inggris Membom Surabaya?" (2001) menyebutkan, sebagai salah satu pemenang Perang Dunia II, Inggris bertujuan untuk melucuti senjata pasukan Jepang yang masih berada di Indonesia.

Brigadir Mallaby tiba dengan pasukannya pada 25 Oktober 1945 di Surabaya. Pasukannya dikenal dengan Brigade 49 yang jumlah sekitar 6.000 pasukan. Brigade 49 juga bagian Divisi 23 pasukan Inggris yang dikenal dengan 'The Fighting Cock', yang memiliki pengalaman mengalahkan tentara Jepang di hutan Burma.

Batara Hutagalung yang juga Pendiri dan Ketua Komite Utang Kehormatan Belanda (KUKB) menuliskan, tugas pokok Mallaby di Surabaya dari perintah Panglima Tertinggi Tentara Sekutu Komando Asia Tenggara Vice Admiral Lord Louis Mountbatten ada tiga hal. Pertama, melucuti senjata pasukan Jepang dan mengatur kepulangan. Kedua, membebaskan para tawanan Sekutu yang ditahan Jepang di Asia Tenggara. Ketiga, untuk menciptakan keamanan dan ketertiban.

"Ternyata ada tugas rahasia yang dilakukan oleh tentara Inggris dengan mengatasnamakan Sekutu, bertujuan mengembalikan Indonesia kembali sebagai jajahan Belanda," tulis Batara.
Hal itu dianalisa Batara dari dokumen Konferensi Yalta, sebuah kesepakatan antara Inggris-Amerika Serikat dan perjanjian bilateral Inggris dengan Belanda. Menurut Batara, hal itu adalah penyimpangan yang menggunakan atas nama aliansi pasukan Sekutu.

Pada 27 Oktober 1945, sekitar siang hari, sebuah pesawat Dakota terbang di atas Kota Surabaya dan menyebarkan pamflet. Pamflet itu berisi, agar seluruh penduduk menyerahkan senjatanya rampasan dari tentara Jepang kepada perwakilan Sekutu di Surabaya, yakni Inggris. Tenggat waktu yang diberikan hanya 2 x 24 jam. Pamflet itu instruksi
Mayor Jenderal Hawthorn, Panglima Divisi 23. Ancaman dalam pamflet itu akan menembak mereka yang tak taat.

Dalam pandangan Batara, saat pamflet disebarkan, Mallaby dikabarkan kaget, karena sehari sebelum kesepakatan, Inggris dan Indonesia tidak menyebut klausul penyerahan senjata. Namun, karena atasan yang memerintahkan, Mallaby akhirnya melaksanakan perintah, mulai dari penahan kendaraan dan menyitas senjata yang dimiliki republik.

Tentara dan penduduk di Surabaya tidak terima dengan hak itu, Inggris dianggap melanggar perjanjian sebelumnya. Selain itu Inggris terlihat akan mengembalikan Indonesia sebagai negeri jajahan kepada Belanda. Sempat terjadi perundingan dengan Badan Keamanan Rakyat dengan Inggris, namun tak mencapai kesepakatan.

Pasukan Republik di Surabaya memperkirakan untung rugi jika menyerahkan senjata ke Inggris akan membuat republik akan lumpuh. Salah satu perhitungan untuk melawan adalah, pasukan Inggris baru datang di Surabaya dan tidak mengenal wilayah Surabaya. Kemudian
kekuatan pasukan Inggris hanya satu brigade. Selain itu Inggris belum mengetahui jumlah pasukan Indonesia yang ada di Surabaya dan sekitar.

Maka pada 28 Oktober 1945, pasukan Indonesia menggempur pasukan Inggris di Surabaya. Mallaby tahu Inggris akan kalah jika melawan. Maka dia minta agar Bung Karno dan Panglima Pasukan Inggris Divisi 23 Jenderal Douglas Cyril Hawthorn untuk pergi ke Surabaya untuk melakukan perundingan damai. Perundingan kesepakatan damai terjadi 30 Oktober 1945. Isi perdamaian itu menghentikan tembakan dan Inggris menarik mundur pasukan di Surabaya secepatnya.

Usai perundingan, sekitar sore hari, Mallaby yang ingin memberitahukan itu ke pos-pos pasukannya. Saat mobilnya mendekati pos pasukannya di gedung Internatio atau dekat Jembatan Merah, mobilnya dikepung oleh pemuda. Dalam situasi panik dan tegang itu, terjadi baku tembak antara pemuda dan pasukan Inggris dan membuat tewas Mallaby.

Senin, 25 November 2013

Tarekat Mason Bebas dan Masyarakat di Hindia Belanda dan Indonesia 1764 - 1962

Pergerakan Mason Bebas telah berkiprah lebih dari dua abad di berbagai bagian dunia.  Setiap insan Mason Bebas mengemban tugas, di manapun ia berada dan bekerja, untuk emajukan segala sesuatu yang mempersatukan dan menghapus pemisah antara manusia.  lagipula, seorang Mason Bebas ditugasi untuk membantu sesama manusia di lingkungannya sendiri.  Tarekat Mason Bebas menarik anggota ke dalam suatu cara kerja yang smbolis dan merangsang mereka unuk memberi makna kepada pengertian persaudaraan.  Karena terkat ini tidak menganut sesuatu dogma atau ajaran mengenai perbedaan latar belakang kemsyarakatan, budaya ataupun agama maka timbul suatu semangat toleransi dan kerja sama.  Tujuan akhir dari pergerakan ini ialah tercapainya suatu dunia di mana setiap orang, mendapat tempat yang layak.  Cara pendekatan ini juga lebih merangsang kemajemukan daripada sautu keseragaman manusia dan budaya.  Rumah pertemuan Mason Bebas mempersatukan anggota anggotanya dalam suatu usaha pencapaian kebersamaan manusia.  Bolehlah dianggap bahwa sekiranya mereka bukan anggota, mereka tidak akan begitu mudah dapat saling bertemu apalagi menghormati satu pada yang lain.  Buku "Tarekat Mason Bebas dan Msyarakat di Hindia Belanda dan Indonesia 1764 -1962" ini membicarakan kegiatan para anggota Mason Bebas, dengan diilhami oleh kesatuan kesatuan mereka, baik yang berbangsa Belanda dan, dalam kurun waktu sesudahnya, yang berkebangsaan Indonesia, dmei kebaikan masyarakat.  Buku "Tarekat Mason Bebas dan Msyarakat di Hindia Belanda dan Indonesia 1764 -1962" menjelaskan berapa banyaknya lembaga masyarakat - terutama seklah sekolah - tetapi juga usaha usaha lainnya bagi kemajuan  manusia telah timbul dari hati sanubari tarekat ini.

Mungkin jantung-hati setiap masyarakat adalah satu tempat di mana semua perbedaan budaya, ras ataupun agama dapat  bertumbuh mejadi satu kaidah pokok yakni cinta pada sesama manusia dan ciptaan yang Mahakuasa. 

Tokoh Tarekat Mason Bebas di Indonesia

Raden Sarif Bastaman Saleh, lahir di sekitar tahun 1810 di Semarang dan meninggal tahun 1880 di Bogor.  Pelukis termasyur ini dianggap sebagai anggota Tarekat Mason orang Indonesia yang pertama.  Pendidikannya diperoleh di Eropa tetapi kebanyakan hidupnya ia berkarya di Indonesia.  Ia boleh dianggap sebagai pembangun jembatan antara dua budaya.

Jumat, 22 November 2013

JUDGE-(MENT) DAY 2013, ARTIDJO ALKOSTAR

Satu hal yang patut dibanggakan dan diingat dalam sejarah, yang terjadi di tahun 2013 adalah sosok Artidjo Alkostar

Ketukan palu hakim  Hakim Agung Artidjo Alkostar (65) seakan menjawab kegerahan dan kegelisahan publik akan maraknya korupsi negeri ini.

Sook hakim sederhana ini bukan  yang sedang berpidato soal pemberantasan korupsi. Dia bukan seorang juru kampanye yang sedang mengampanyekan program parpol untuk memberantas korusi seperti pernah dilakukan Angelina Sondakh menjelang kampanye tahun 2009.  Dalam putusannya bersama anggota MS Lumme dan Muhammad Askin, Artidjo justru memperberat juru kampanye Partai Demokrat pada Pemilu 20089, Angelina.

Artidjo memperberat hukuman Angelina dari hukuman 4 tahun 6 bulan menjadi 12 tahun penajra! bukan hanya hukuman badan yang diperberat, Artidjo juga memerintahkan Angelina membayar uang pengganti Rp 12,58 miliar dan 2,35 juta dollar AS atau sekitar Rp 27,4 miliar. ARtinya, Angelina harus membayar uang pengganti Rp 39,9 miliar.  Angelina terbukti menggiring anggaran di kementrian Pemuda dan Olahraga dan kementrian Pendidikan nasional yang merugikan negara.

Mantan Direktur LBH Yogyakarta itu menjadi hakim agung setelah kekuasan Orde Baru berakhir. Kiprahknya selama lebih dari sepuluh tahun di MA menunjukkan integritas Artidjo tetap teruji.  Selama ini sering muncul perdebatan bahwa kejujuran itu akan diuji ketika dalam kekuasaan.  Perdebatan itu wajar karena ada juga aktivis dan guru besar yang dinilai jujur, tetapi terjatuh ketika memgang kekuasaan.  Namun, pendapat itu tak berlaku, paling tidak sampai saat ini, bagi Artidjo.  Ketika godaan terhadap hakim kian besar, ketika bau tak sedap muncul dalam gedung MA, Artidjo tetap mempertahankan integritas dan komitmennya memerangi korupsi.

Sebgai hakim Artidjo kukuh dalam sikap dan pendiriannya.  Artidjo tak segan mengambil pendapat berbeda ketika mayoritas hakim anggota ingin membebaskan terdakwa, seperti ditunjukkan dalam kasus Misbakun.  Artidjo pun mengoreksi putusan bebas yang dijatuhkan pengadilan bawah seperti dalam kasus mantan Bupati Sragen Untung Wiyono dan mantan Bupati Subang Eep Hidayat.  Hakim Artidjo pun membuktikan diri memperberat  hukuman terdakwa korupsi yang ditanganinya.  Itu yang terjadi pada kasus Nazaruddin, Tommy Hindratno, Zen Umar, dan Ananta Lianggara dalam kasus peredaran psikotropika..

Kita berpandangan pikiran progresif Artidjo dalam kasus narkotika dan korupsi harus disebarkan agar hakim tak hanya sekadar membaca teks undang-undang, tetapi juga hakim yang mampu menangkap dinamika rasa keadilan masyarakat.  pertimbangan Artidjo mencerminkan ketajaman rasa kepekaan dan keadilan sosial.  Vonis hakim buka  hnay untuk vonis itu seniri, melainkan untuk menjawab permasalahan bangsa.  hanya dengan cara berpikir itu, palu hakim itu membawa manfaat untuk kebaian bangsa. MA perlu mempertimbangkan menempatkan hakim progresif di daerah yang penuh korupsi.

Kamis, 21 November 2013

Tentang Penyadapan dalam Konvensi Vienna

Misi diplomatik suatu negara memang dijamin  hak kekeebalan dan keistimewaannya, termasuk kebebasan berkomunikasi dalam  menjalankan fungsinya.  Pasal 27 Ayat (1) Konvensi Vienna 1961 tentang Hubungan Diplomatik secara tegas mengatur hal itu.

Selengkapnya berbunyi:  "The receiving State shall permit and protect free communication on the part of the mission for all official purposes.  In communicating with the government and other missions and consulates of the sending States, wherever situated, the mission may employ all appropriate means, including diplomatic couriers and messages in code and cipher.  However, the mission may install and use a wireless transmitter only with the consent of the receiving State"..

Ketentuan pasal 27 Ayat (1) Konvensi Vienna 1961 ini embawa konsekuensi bahwa para pejabat diplomatik dalam menjalankan tuasnya mempunyai kebebasan penuh dan dalam kerahasiaan untuk berkomunikasi dengan pemerintahnya.

Hal-hal yang ditegaskan dalam Pasal 27 Ayat (1) ini telah memperluas makna kebebasan berkomunikasi misi diplomatik yan g sebelumnya hanya berlaku terbatas pada komunikasi antara misi diplomatik dengan pemerintah negarapengirim dan dengan konsulat jenderal atau konsulat-konsulat di bawah kekuasaannya di negara penerima.

Kendati demikian, misi diplomatik suatu negara hanya boleh menggunakan dan memasang pemncar radio atas sseizin pemerintah negara penerima.  Hal ini sejalan dengan functional necessity theory yang menegaskan, guna menunjang kelancaran tugas an fungsi perwakilan diplomatik negara pengirim di negara penerima, kepada pejabat diplomatik, gedung kedutaan, tempat kediaman pribadi pejabat diplomatik, surat-menyurat, sarana komunikasi, arsip, dokumen dan lain-lainnya diberikan hak-hak kekebalan dan keistimewaan.

Dengan demikian, para diplomat tidak dapat menjalankan fungsinya secara sempurna, kecuali jika diberikan kepadanya hak kekebalan dan keistimewaan tertentu (Sumaryo Suryokusumo, 1995: 58)

Sang Amurwa Bumi

Banyak atlet yang telah mengukir prestasi untuk Indonesia di ajang SEA Games.  Akan tetapi, ketujuh bintang ini emberikan lebih dibandingkan yang lainnya

Imron Rosadi (Liu Nyuk Siong)
Cabor: Angkat Besi
Legenda hidup "Gajah Lampung" ini tidak hanya berkiprah sebagai atlet peraih medali.  Ia terus mendedikasikan hidupnya pada angkat besi hingga kpada 2013 ini usianya memasuki 69 tahun.  Dengan endirikan Padepokan Gajah Lampung pada 1967, Imron melahirkan banyak lifter nasional, penerus prestasinya hingga ke tingkat olimpiade

Imron Rosadi lahir di Pringsewu, Lampung, 5 Maret 1944
Prestasi:
SEA Games Kuala Lumpur (1977), medali Emas kelas menengah (82,2 kg) dengan angkatan 275 kg
SEA Games Jakarta (1979) meraih  medali Perunggu kelas menengah (82,2 kg)

Julius Uwe
Cabor: Atletik
Pernah dijuluki "Manusia Besi Asia Tenggara" karena reko dasalomba yang diciptakannya di SEA Games Singapura pada 14 Juni 1993.  REkor ini baru dipatahkan Vu Van Huyen (Vietnam), 16 tahun kemudian di SEA Games Vientiane 2009.  Kini (2013), Julius yang tinggal di Timika, Papua, masih memegang rekor nasional dasalomba.  Dia kini masih "Manusia Besi Indonesia".

Julius Uwe lahir di Merauke, 28 Januari 1965
Prewsstasi:
SEA Games BAngkok 1985, Emas dasalomba
SEA Games Jakarta 1987, Emas dasalomba
SEA Games Singapura 1993, emas dasalomba (memecahkan rekor nasional dari nilai 7.001 menjadi 7.013

Lely Sampoerno (Menembak)
Dijuluki "Si Janggo Mungil" karena jago tembak, tetapi bertinggi badan 155 sentimeter.  Pistol adalah nomor spesialisasinya.  Kedigdayaan ibu dari tiga putri serta empat cucu itu dalam menggunakan pistol membuat dirinya belum tersaingi hingga hari ini (november 2013).  Lely juga menjadi inspirator Kejuaraan Menembak Piala Lely Sampoerno.

Lely Sampoerno  lahir di Sukabumi, Jawa Barat, 2 Desember 1935
Prestasi:
SEA Games Kuala Lumpur 1977, Emas beregu center fire 25 meter, Perak free pistol, Perak beregu standard pistol
SEA Games Jakarta 1979, emas beregu air pistol 10 m, emas ISU standard pistol 25 m center free, Emas standard pistol individu, Emas air pistol individu.
SEA Games Manila 1981, Emas pistol match 60 tembakan 10 m, emas air pistol match 40 tembakan 10 m, Emas air pistol match 40 tembakan 25 m, Perak pistol match 60 tembakan 25 m
SEA Games Singapura 1983, Perak air pistol match, Perak bergu air pistol match.
SEA GAMES BANGKOK  1985, Emas beregu sport pistol, emas air pistol, perak sport pistol, Perak air pistol team.
SEA Games Jakarta 1987, emas sport pistol, perak beregu sport pistol, perak breegu air pistol.

Donald Djatunas Pandiangan (Panahan)
"Robin Hood Indonesia".  Begitu julukan yang disematkan kepada  pemanah penorah tinta emas ini.  ia meraih 14 emas SEA Games, juga pencetak penerus yang berprestasi internasional hingga ke Olimpiade.

Donald lahir di Pringsewu, Lampung, 5 maret 1944.
Meninggal: 20 Agustus 2008 di Jakarta

Prestasi:
SEA Games Kuala Lumpur 1977, Emas 50 meter dengan nilai 318, emas 30 m (345), Emas individu (1228), Emas tim event (3591), Perak 70 m (306)
SEA Games Manila 1981, Emas 90, 70,50,30 meter,   Emas Overall
SEA Games singapura 1983,  eams 90m (561); Emas 50 m (541); Emas individual overall (2496); Perak 70m (618); Perak 30 m (677);
SEA Games Jakarta 1987, emas 30 m double FITA (673);  emas beregu (7313); Perak 90m double FITA (553); pERAK 70 M DOUBLE fita, ;  perak total individu (2432).

Richard Sam Bera (Renang)
Hingga saat ini, belum ada atlet Indonesia yang bisa menandingi Richard dalam perolehan emas SEA games.  dia pengoleksi 16 emas yang diperoleh dalam kurun 16 tahun.  kecintaannya pada renan diwujdukan dengan mendirikan klub millenium aquatic yang melahirkan perenang I Gede Siman Sudartawa, richard jug awakil ketua biang media dan promosi PB PRSI, calon legislatif PDI-P Dapil DKI III, berkecimpung di bidang media, grup penerbit MRA, dan direktur Pengembangan Bisnis Asosiasi Olimpian Indonesia.

Richard lahir di Jakarta, 19 Desember 1971
Prestasi
SEA Games Kuala aLumpur 1989, Emas 100 meer gaya bebas, perak 50 m gaya bebas, perak 200 m gaya bebas, perak 400 m gaya bebas, perak 4 x 100 m gaya bebas, perak 4 x 10 m gaya ganti, Perunggu 4 x 200 m gaya ganti

SEA Games Manila 1991, Emas 10 m gaya bebas, emas 200 m gaya bebas, emas 4 x 100 gaya bebas, perak 50 gaya bebas, perak 400 m gaya bebas.

SEA Games Singapura 1993, emas 200 m gaya bebas, emas 4 x 100 m gaya ganti, emas 4 x 200 m gaya bebas, perak 50 m gaya bebas, perak 100 m gaya bebas.
SEA Games Chiang Mai 1995, emas 50 m gaya bebas, emas 100 m gaya bebas, emas 4 x 100 m gaya bebas, perak 4 x 100 m gaya ganti, perunggu 4 x 200 gaya bebas.
 SEA Games Jakarta 1997, emas 50 m gaya bebas, emas 100 m gaya bebas, emas 4 x 100 gaya bebas, perunggu 4 x 100 m gaya ganti.
SEA GAMES Brunei Darussalam 1999, emas 50 m gaya bebas, emas 100 m gaya bebas, perak 4 x 100 m gaya bebas, perak 4 x 100 m gaya ganti.
SEA Games Kuala Lumpur 2001,  ema 50 m gaya bebas, emas 100 m gaya bebas, perak 4 x 100 m gaya bebas, perunggu 4 x 100 m gaya ganti.
SEA  Games hanoi/ Ho Chi Minh City 2003, perunggu 50 m gaya bebas.
SEA Games Manila 2005, emas 100 m gaya bebas, emas 4 x 100 m gaya ganti, perak 50 m gaya bebas, perak 4 x 100 m gaya bebas, perunggu 4 x 200 m gaya ganti.

Maria Lawalata (Maraton)
Stadion Rizal memorial, Manila, Filipina, jadi saksi keteguhan hati sang penentu kemenangan Indonesia di SEA Games 1991.  Sepanjang 20 kilometer, dia erlari menahan sakit perut.  Maria memaksa menuntaskan 22,195 km tersisa.  Indonesia pun menjadi juara umum dengan mengungguli emas Filipina.  Sebelum emas maraton dia raih, tuan rumah Filipina mengoleksi 91 emas, 61 perak, 85 medali perunggu.
Prestasi
SEA Games Bangkok 1985, perunggu (catatan waktu terbaik maria adalah 2 jam 45 menit)
SEA GAMES Manila 1991, Emas (2 jam 51 menit 9 detik)

Hendrik Simangunsong (Tinju)
"Sang Kontroversi".  itu sebutan pas baginya.  emenangannya di SEA Games 1993 diwarnai keributan.  itu terjadi karena bendera merah putih ynag dibawa Jonas Tutuarima, salah satu Pendukung Indonesia, diambil Polisi Singapura Inspektur Othman.  Namun, setelah "dikurung" pendukung Indonesia, Merah Putih pun dikembalikan untuk langsung dipergunakan dalam upacara penghormatan pemenang, diikuti bergemanya "Indonesia Raya" di Stadion
Hendrik Simangunsong lahir di Medan, 11 Juli 1969
Prestasi
SEA Games Singapura 1993, emas kelas menengah

Selasa, 19 November 2013

Parfum-parfum Beraroma Unik

Funeral Home
Parfum keluaran Demeter Fragrance Library ini memiliki aroma campuran bunga lili, karnasi, ladis, krisan, mahogani, dan karpet oriental, mengingatkan kita akan suasana dan aroma khas pemakaman. 
Produk ini dirilis dalam varian cologne, body lotion, dan shhower gel.

My DNA Fragrance.
Parfum ini akan memberikan aroma diri Anda!  Bahan yang digunakan tentu saja DNA konsumennya yang akan diproses menjadi sebuah aroma khas pemesannya.  Berbeda dengan parfum pada umumnya, parfum ini tidak mengandung alkohol.  Parfum ini terdiri atas campuran minyak aroma, aloe vera, dan minyak jojoba, yang membuatnya tahan lama dan lagnsung meresap ke kulit.

Wode.
Parfum keluaran Boudicaca ini manawarkan aroma cat untuk mewarnai hari-hari Anda.  Varian Wode Paint berwujud cairan berwarna biru yang membuat penggunanya seakan menyemprotkan cat sungguhan ke pakaiannya.  Namun, cairan tersebut akan memudar perlahan-lahan, meresap ke pakaian dan kulit penggunanya.  Ada pula varian Wode Scent yang tidak memiliki warna, tetapi tetap menawarkan aroma khas cat.

Burger King Body Spray.
Ingin membawa aroma daging ke mana-mana?  gunakan saja parfum ini.  Cologne beraroma daging panggang ini tentunya akan meman ing rasa lapar siapa pun yang mencium aromanya.

Lobster Scent.
Produk lainnya yang dirilis Demeter Fragrance Library ini memiliki aroma kombinasi aroma laut, daging lobster, dan mentega cair.

Senin, 18 November 2013

Shakespeare in Love, Life, and Tragedy

Abadinya Drama Shakespeare
The First Folio

Shakespeare, secara umum dianggap sebagai penulis terbesar dalam bahasa Inggis.  namun, baru tujuh tahun setelah kematiannya karya dramanya mulai muncul dalam bentuk cetakan, dalam koleksi yang dikenal  sebagai First Folio.  Dengan judul Mr. William Shakespeares Comedies, Histories & Tragedies, buku tersebut berisikan 36 drama.  Shakespeare, lebih dari penulis lainnya, telah mengubah bahasa, mendefinisikan tradisi sastra dan teatrikal, serta menggambarkan berbagai kondisi manusia.

Teman Shakespeare, Hemynge dan Condell, bertindak sebagai editor dalam First Folio dan mengklsifikasikan drama-drama tersebut dalam komedi, sejarah, dan tragedi.  Tujuan mereka ketika itu, seperti  disebutkan dalam Kata Pengantara, "sekadar menjaga kenangan terhadap seorang teman dan rekan agar tetap hidup."

Shakespeare berkontribusi besar dalam menunjukkan bahasa dan bagaimana bahasa itu menjadi hidup dalam naskah drama.  Ia juga bergulat dengan pertanyaan besar tentang kemarahan, derita, cinta, ketakutan, keraguan, dan ragam kompleksitas emosi manusia lainnya.  Karya-karyanya membantu kita merefleksikan siapa diri kita.

Demokrasi Nggak Bikin Kenyang

Sejak awal, demokrasi tidak hidup di ruang hampa poitik.  Ketika elite politik yang tidak berasal dari pilihan rakyat mabuk kuasa dan melanggengkan dinasti kekuasaan, tak peduli kesejahteraan publik, rakyat pun menuntut haknya untuk ikut menentukan siapa yang layak mewakili aspirasi mereka.

Dalam keyakinan Thomas Jefferson (1743-1826), peletak dasar demokrasi Amerika, semua orang tercipta setara dalam hak-hak dasar yang elekat dalam eksistensinya (inalienable).  Pemerintah mendapat mandat dari rakyat untuk menjamin hak hidup, kebebasan, dan hak konstitusional warga.  Demokrasi memberi peluang bagi rakyat untuk memilih sendiri wakil dan pemimpin mereka yang mampu membhahagiakan mereka.  Republik ada untuk publik.  Manakala tujuan demokrasi tak tercapai, pemerintah diganti dan diakhiri secara konstitusional.

Namun, demokrasi juga bukan segala-galanya.  Ia tidak mengenyangkan perut yang lapar.  Tiada korelasi langsung antara demokrasi dan kemajuan negara.  Lee Kuan Yew, bapak bangsa Singapura, pernah menegaskan prinsip bernegaranya dalam konferensi bisnis di Filipina (18/11/1992), "Berlawanan dengan para komentator politik di Amerika, saya tak yakin demokrasi selalu menyebabkan kemajuan.  Saya yakin yang dibutuhkan negara untuk maju adalah dislin lebih daripada demokrasi."

Negeri itu pun tak terganggu dengan label otoritarian dari Barat.  Ia tetap menjadi tempat tujuan wisata dan investasi asing.  Keunggulannya dalam tertib administrasi dan tata kelola neara membuat kepastian hukum di negeri itu amat tinggi.  Kepastian berusaha terjamin.  Negeri itu bersih dari praktik pungli, korupsi, mafia peradilan, mafia proyek, ataupun makelar kaus.  Birokrasi bekerja untuk memajukan negara dan membahagiakan rakyat.  Kapitalisme pun berjaya tanpa demokrasi.

Kendati demikian, demokrasi merupakan sebuah jalan bernegara yang paling sesuai dengan kodrat manusia merdeka.  Indonesia telah memilih jalan itu dengan menutup mati pintu belakang otoritarianisme.  Ratusan pemoilihan kepala daerah telah digelar dan meneyedot anggaran negara sangat besra.  Semasa kampanye, calon mencitrakan diri sebagai sosok yang sesuai harapan rakyat.  Sesudah terpilih, keluar watak aslinya yang menolak terikat dengan nasib rakyat.  Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Ineonesia pun menilai keberhasilan otonomi daerah tidak lebih dari 15 persen (Kompas,9/11/2013).

Tidak banyak sosok kepala daerah seperti bupati di Bantaeng (Sulawesi Selatan) atau wali kota di Surabaya (jawa Timur).  Merka pemimpin yang mampu meningkatkan kesejahteraan petani dan nelayan, menurunkan angka kemiskinan, menjauhkan kota dari citra kumuh dan semrawut, tidak menghabiskan anggaran belanja daerah untuk membiayai kemewahan birokrasi, tidak memperkaya diri, dan tidak hidup seperti miliarder.

SISI LAIN

Kediktatoran adalah tutup mulutnmu; demokrasi bicaralah apa saja.  Ungkapan itu benar ketika sebagaian layanan publik di Amerika sempat terhenti karna anggaran negara tersandera perdebatan antara kubu Demokrat dan Republik.

Sebagian kaum kaya di AS tak mau dipajaki besar dan berlindung di balik kubu Republik.  Mereka tak peduli apakah negara akan bangkrut karena terus mencetak uang dan defisit anggaran ditutup utang yang jumlahnya sudah melampaui batas aman.  Alih-alih menjadi pengontrol eksekutif agar program kerjanya efektif, legislatif menjadi penjegal eksekutif.

Dalam wawanara dengan surat kabar La Vanguardia, kemudian dikutip Los Angeles Times (18/5/201), Woody Allen, sutradara AS, mengkritik praktik demokrasi di negerinya, "Akan baik seandainya ... (obama) menjadi diktator selama beberapa tahun karena ia dapat merealisasikan banyak hal baik dengan cepat."

..........

Jumat, 15 November 2013

Kelaparan dan Kesalahan Kolektif Kita

Masih ingat kisah hakim Marzuki dari Prabumulih?

Jangan  perdebatkan kisah itu fiktif atau riil, tetapi resapi saja pesan dari kisah hakim Marzuki agar bisa menyentuh relung hati terdalam kita semua.

Awal 2012, beredar di media sosial, seorang hakim bernama marzuki dari Pengadilan Prabumulih memvonis seorang nenek yang mencuri singkong milik sebuah perusahaan swasta..  Si nenek punya alasan mencuri:  hidupnya miskin, anak lelakinya sakit, dan cucunya kelaparan.  Namun, hakim Marzuki menolak alasan itu.  hakim Marzuki tetap menjatuhan vonis "Tak ada pengecualian hukum.  Saya mendenda Anda Rp. 1 juta.  Jika tidak mampu bayar maka Anda haarus masuk penjara 2,5 tahun, seperti tuntutan jaksa,"  Di kursi terdakwa, si nenek tertunduk lesu, hatinya hancur. 
Lalu, hakim Marzuki mencopot  topi toganya (sic! karena hakim kita tak pakai toga) dan membuka dompet.  Dia merogoh uang Rp 1 juta dan menaruhnya di topi toganya.  Kepda semua pengunjung sidang, hakim Marzuki memvonis: "Atas nama pengadilan, saya juga menjatuhkan denda kepada setiap orang yang hadir di ruang sidang ini sebesar Rp. 50.000,00.  Sebab, menetap di kota ini, Anda semua membiarkan seseorang kelaparan sampai harus mencuri untuk memberi makan cucunya." 

Kisah itu memang persis dengan kisah hakim di New York pada zaman depresi tahun 1930-an saat menjatuhkan vonis sama kepada seorang pencuri roti agar cucunya tidak kelaparan.  namun sekali lagi, jangan pikirkan kebenaran kisah itu.  Cermati saja pesan kisahnya.

Indonesia bukanlah setting Delhi abad ke-13, dimana sultan  Ghiyasuddin Balban, penguasa Delhi, India, tahun 1266-1287, punya tiga hakim (qazi atau kadi).  Mereka adalah Qazi-i-Laskar, Qazi Fakhr Naqila, dan Qazi Minhaj.  "saya punya tiga hakim.  satu orang tidak takut kepada saya, tetapi takut kepada Tuhan.  Seorang lagi tidak takut kepada  Tuhan, tetapi takut kepada saya.  Hakim ketiga tidak takut kepada saya dan tidak takut kepada Tuhan,'  Kkata sultan.  Sang sultan sangat hormat kepada hakim pertama.  Nasihat-nasihat hakim yang "tidak takut kepada Sultan tetapi takut kepada Tuhan" itulah yang selalu ditaati Sultan.

ya ...Indonesia, bukan setting Delhi itu.  Nasib hakim di negeri ini terjerembap ke kubangan lumpur dan hancur lebur gara-gara Akil Mochtar dan Ratu Samagat-nya.  selain itu, ada hakim Pengadilan Tinggi Tata Usaha Negara, Ibrahim, Lalu Hakim Muhtadi Asnun Ketua PN Tangerang, dan Hakim Syarifuddin dan beberapa lagi yang lainnya, yang bikin sesak di dada, jadi gak perlulah ditulis panjang panjang disini ...

Memang sulit menebak gerak bibir dan niat di hati.  Sewaktu berpidato menjadi Ketua MK, akil mochtar bertekad, "independeni itu harga mati".  Janjinya, di bawah kepemimpinannya MK tidak dapat ditembus oleh siapapun dan apa pun .......???

Tampaknya, para hakim harus membaca ulang kata-kata filsuf Inggris, John Stuart Mill (1806-1873), bahwa penyusun konstitusi haruslah jiwa-jiwa terbaik suatu bangsa.  Mochtar Pabottinggi, pengamat politik yang kerap bersikap kritis mengatakan, bahwa kemerosotan etika elite sudah sampai pada taraf sarkastis-patologi yang memprihatinkan.

Padahal, etika adalah hal paling dasar yang mesti dibenamkan di dalam jiwa para pengemban amanat rakyat.  Namun, di negeri ini, elite termasuk hakim bisa menjadi predator, bahkan bagi rakyatnya sendiri.  Semuanya kemudian menjelma menjadi topeng-topeng penuh kepalsuan.  Maka, wakil Tuhan yang tidak terpuji mesti disingkirkan.
Amin ...

From Russia With Love, wihtout James Bond

From Russia with Love, demikian judul film kedua James Bond yang dibintangi Sean Connery.  Film yang diangkat dari novel karya Ian Flemming (1957) dengan judul yang sama, From Russia With Love itu dirilis pada tahun 1963.  Dalam film diceritakan, James Bond dikirim untuk membantu seorang juru tulis konsulat Uni Soviet di Turki, Tatiana Romanova, yang membelot.  Film ini diakhiri dengan adegan romantis antara Bond dan Romanova di Venesia.

Kini, kunjungan Menly  Rusia Sergey Lavrov dan Menhan Sergey Shoygu ke Kairo, Mesir ( 15 Novemvember 2013) mengingatkan pada film itu. 

Memang, cerita dan konteksnya berbeda.  Film James Bond dibuat ketika Perang Dingin sedang kuat, kini Uni Soviet sudah tidak ada, yang ada tinggallah Russia yang tak sebesar Uni Soviet dulu meskipun pengaruhnya tetap luas, besar, dan kuat.  Perang Dingin model lama yakni pertarunan dan perebutan pengaruh antara Blok Timur dan Blok Barat sudah tiak ada, yang kini digantikan oleh Perang Dingin dalam bentuk baru yakni persaingan antara Rusia dan Amerika Serikat.

Apa yang terjadi di Timur Tengah, setelah "Arab Spring", bahkan sekarang, hawa persaingan itu sangat jelas terasa.  Kunjungan Lavrov dan Shoygu ke Kairo pun bisa dibaca dalam konteks persaingan antara Rusia dan Amerika Serikat (meskipun dibalut dengan menandai 70 tahun hubungan diplomasi kedua negara).  Pasalnya, sangat kebetulan sekali, sebulan sebelumnya Amerika Serikat menangguhkan bantuan militer tahunannya kepada Mesir, termasuk pembayaran dan penyerahan pesawat tempur F-16, helikopter, dan tank pesawat, serta latihan militer bersama.  Keputusan Amerika Serikat itu diambil setelah penggulingan Presiden Muhammad Mursi oleh militer.  Sejak saat itulah Kairo menoleh ke Moskwa, dan tentu saja disambut dengan tangan terbuka: Dobro pozalovat alias selamat datang!

Sejarah mencatat, hubungan Rusia-Mesir sudah berlangsung lama, naik turun.  Hubungan begitu dekat ketika di zaman Gamal Abdul Nasser (1960-an) ditandai, misalnya, dengan pembangunan dam di Sungai Nil (High Dam).  Di zaman Anwar Sadat awal 1970-an, hubungan kedua negara memburuk, dan Kairo membangun aliansi dengan Washington.  Bahkan, atas prakarsa dan dorongan AS, Mesir menandatanani perjanjian perdamaian dengan Israel.  Di zaman Hosni Mubarak, hubungan kedua negara naik turun.  Mubarak pernah menoleh ke Moskwa.  Dan setelah "Arab Spring", hubungan Mesir dan AS kurang hangat lagi karena Washington tidak suka pada tindakan militer.

Kini, Rusia muncul lagi dengan setumpuk komitmen, membangun reaktor nuklir, menjual rudal, menjalin kerja sama energi, ilmu pengetahuan, dan industri, serta kkerja sama intelijen terkait dengan masalah Chechnya.

Begitulah .. from russia with love without Mr Bond

Kamis, 14 November 2013

Napoleon, KO telak oleh Gunung Tambora

A belief begins to prevail among the many in all countries that there is something more than natural in the present state of the weather...."

(Ada keyakinan di antara banyak orang di semua negara bahwa ada yang lebih besar dari keadaan alami dalam kondisi cuaca sekarang).

-The Year without Summer: 1816 and the volcano that Darkened the World and Changed History (Saint Martin's Press, 2013).

Buku yang ditulis oleh William K Klingaman dan Nicholas P Klingaman ini menjadi gambaran utuh meletusnya Gunung Tambora di Pulau Sumbawa (April 1815) yang tidak hanya menyebabkan berubahnya alam dunia menjadikan Eroa mengalami tahun tanpa musim panas, tetapi juga mengubah sejarah dan geopolitik dunia.  Salah satunya, Perang Waterloo ketika Napoleon Bonaparte dikalahkan sekutu Anglo-Prusia di bawah Duke of Wellington pada tanggal 18 Juni 1815.

Suara letusan Gunung Tambora yang terdengar sampai ke Sumatera berjarak lebih kurang 2.000 km, yang menjadi faktor kekalahan Napoleon, ketika debu vulkanik menutupi angkasa Eropa menghalangi sinar matahari.  napoleon tidak mampu memindahkan pasukan kavaleri dan meriamnya yang terjebak dlam lumpur berlapis salju di tengah musim panas.

Bencana tsunami Aceh 2004, misalnya, secara tidak langsung menghentikan konflik dan berakhir dengan kesepakatan damai antara Jakarta dan Gerakan Aceh Merdeka.

Dalam konteks geoplitik, bencana alam berdampak langsung atas perubahan geostrategis masa depan.  ketika RRC memberikan donasi 200.000 dollar AS segera dikritik secara global di tengah besarnya bantuan AS (20 juta dollar AS), Jepang (10 juta dollar AS), atau Indonesia (2 juta dollar AS).

Penambahan bantuan menjadi 1,6 juta dollar AS pun oleh Beijing dianggap tiak memadai bagi kekuatan ekonomi terbesar kedua di dunia ini. 

Sejarah banyak mencatat terjadinya perubahan geopolitik akibat bencana alam.  Dan, ancaman langsung perubahan geopolitik ini sendiri adalah persoalan kemanan pangan yang bisa mengubah keseluruhan tatanan harga bahan-bahan pokok maupun komoditas dunia lainnya karena perubahan iklim.

Hitung-hitungan PILKADA! Jebakan Demokrasi!

Sejumlah pilkada di negeri kita, hampir umumnya menyisakan lebih dari 30 persen golput, bahkan ada yang 40 persen lebih.  Apabila satu pilkada diikuti tiga pasangan dan pemenangnya katakanlah meraih 33 persen lebih, berarti ia hanya dipilih oleh tak lebih dari 20 persen warga daerah tersebut.  Jika kandidatnya lebih dari tiga pasang, tidaklah mustahil jika seorang pemenang hanya dipilih 15 persen dari warga daerahnya. 
Lalu, atas nama dan dengan egitimasi demokrasi ia berkuasa, juga atas 85 persen warga yang tak setuju dengannya.

Akhirnya, mau tidak mau, harus diterima seseorang sebagai pemimpin yang telah melewati proses pemilihan demokratis yang ironis.  Ketika sang pemimpin ternyata bodong dan bodoh, melakukan banyak hal yang tidak etis dan amoral, ternyata, kita, rakyat terutama yagn memilih pemimpin itu, tidak bisa berbuat apa-apa.  Tidak bisa menuntut, menurunkan, atau menarik dukungan itu.

Tragis, dan tragedi itu yang kita rayakan, ribuan kali di setiap tahun.  Puluhan bahkan ratusan triliunan rupiah uang kita, yang disetor ke dinas pajak atau profit para pengusaha, terhabiskan hanya untuk festival tragis itu.

TIGA SISI LOGIKA ARGUMENTASI

Dalam demokrasi, terdapat dua buah istilah vital, bahkan paradigmatik yakni kesetaraan (equality), dan kebebasan (freedom).  Kedua kata ini mengindikasikan situasi yang niscaya dalam kemanusiaan yang melangsungkan demokrasi.  Seperti Robert A Dahl, profesor politik ternama, menyatakan pembangunan gagasan dan lembaga-lembaga demokrasi hanya bisa dilakukan oleh apa yang disebut dengan logika kesetaraan :politis" (logic of "political" equality, sebuah prinsip atau logika yang menggambarkan kebebasan dimana "setiap anggota masyarakat memiliki kualifikasi yang sama adekuatnya untuk ikut dalam proses mengatur/memerintah masyarakat itu.

Sepertinya, inilah salah satu pendapat yang diamini oleh banyak pemikir politik yang diamini oleh banyak pemikir politik walau sebenarnya untuk masalah ini para teoritikus politik banyak yang berseberangan.

Aristoteles dan Nietzsche, misalnya, berada di ekstrem kanan yang tidak memercayai kesetaraan.  sementara Rousseau dan Mrx berada di ujung lainnya, ekstrem kiri.  Nietzsche, misalnya, tidak menyetujui democratic equality karena hanya menghasilkan satu gerombolan moralis yang justru menjadi penghalang pengembangan manusia.   Seseorang yang memiliki jiwa terhorma tidak harus direndahkan atau merendahkan diri dengan jiwa tak terhormat demi kesetaraan.  yang penting semua manusia memiliki kebebasan yang sama untuk mencapai puncak kemanusiaannya.  namun, jelas dalam perjuangan itu, orang terhormat pasti akan lebih unggul, menang,  dan akhirnya menjadi pihak terntentu.

Sementara Rousseau sebagai wakil dari kaum kiri menganggap justru kesetaraan itu penting.  Baginya, kebebesan itu vital untuk setiap orang untuk memperoleh hal-hal yang lebih tinggi (higher goods) seperti kebebasan ekspresi, berserikat, atau bebas dari pengasingan.  untuk memperoleh hal-hal itu, hal mendasar yang dibutuhkan adalah esetaraan.  Persoalannya, buat Rousseau manusia harus melewati tiga tingkatan untuk pembangunan masyarakat yang beradab.  Dimana, adalah yang terakhir, ketiga, yang mau tidak mau harus dimasuki setiap (kelompok) manusia justru adalah tahap yang korup dan membuat sebagian besar manusia mengalami ketidaksetaraan 9inequality) secara sosial ekonomis, politis, hukum, dan seterusnya.  manusia pun jadi tidak bahagia.


Kelahiran Sherlock Holmes

Sherlock Holmes barangkali adalah tokoh detektif fiktif paling populer dan berpengaruh.  Ia berada di belakng keseluruhan genre fiksi detektif modern.  Holmes muncul pertama kali dalam A Study in Scarlet.  Beberapa kali ditolak oleh penerbit sebelum akhirnya iupblikasikan alam majaah Beeton's Christmas Annual di Inggris pada 1887.

Pengarangnya, Sir Arthur Conan Doyle, adalah seorang dokter berpengetahuan uas pada masa Victoria akhrir.,  Ia mencoba membuat citra dirinya sebaai penuli roman sjarah.  Akan tetapi, generasi di bawahnya mengabaikan karya-karyanya y
ang lain untuk satu tokoh ciptannya:  Sherlock Holmes.  Dalam A study in Scarlet, petualangan tokoh ini dimulai.  Perkara pertamanya dalah pemecahan kasus pembunuha seseorang yang mencoba menyelamatkan anak permepuannya dari pernikahan poligami paaksa di Utah, Amerika Serikat.

kekuatan dari cerita Sherlock Holmes adalah pada segi sastranya ketimbang pada hal-hal forensik.  Dalam Holmes, Conan menciptakan suatu pola dasar sastra.  Ada detektif yang secara sosial dan intelektual memiliki posisi tinggi;  polisi yang lamban dan komikal;  serta Dr Watson, perwakilan pembaca yang melalui dia kita melihat perasaan manusia biasa.  ketika cerita tersebut mulai diterbitkan secara serial pada 1981 dalam Strand Magazine, publik menjadi haus terhadap cerita detektif dan hal itu bertahan sampai sekarang.

Jejak dan Nama Pahlawan IV

KALIMANTAN BARAT
Abdul Kadir Gelar Raden Tumenggung Setia Pahlawan (1999, Penetapan di Era Pemerintahan Abdurrahman Wahid)

KALIMANTAN TENGAH
Tjilik Riwut (1998, Penetapan di Era Pemerintahan Soeharto)

KALIMANTAN SELATAN
Pangeran Antasari (1968, Penetapan di Era Pemerintahan Soeharto)
Brigjen Hasan Basry (2001, Penetapan di Era Pemerintahan Megawati Soekarnoputri)
Idham Chalid (2011, Penetapan di Era Pemerintahan SBY)

GORONTALO
Nani Wartabone (2003, Penetapan di Era Pemerintahan Megawati Soekarnoputri)

SULAWESI UTARA
Dr GSSJ Ratulangi (1961, Penetapan di Era Pemerintahan Soekarno)
AF Lasut (1969, Penetapan di Era Pemerintahan Soeharto)
Maria Walanda Maramis (1969, Penetapan di Era Pemerintahan Soeharto)
Robert Wolter Monginsidi (1973, Penetapan di Era Pemerintahan Soeharto)
Laksda Jahja Daniel Dharma/ John Lie (2009, Penetapan di Era Pemerintahan SBY)
Lambertus Nicodemus Palar (2013, Penetapan di Era Pemerintahan SBY)

SULAWESI SELATAN
Sultan Hasanuddin (1973, Penetapan di Era Pemerintahan Soeharto)
Syekh Yusuf Tajul Khalwati (1995, Penetapan di Era Pemerintahan Soeharto)
La Maddukelleng (1998, Penetapan di Era Pemerintahan Soeharto)
Ranggong Daeng Romo (2001, Penetapan di Era Pemerintahan Megawati Soekarnoputri)
Andi Djemma (2002, Penetapan di Era Pemerintahan Megawati Soekarnoputri)
Pong Tiku (2002, Penetapan di Era Pemerintahan Megawati Soekarnoputri)
Andi Mappanyukki (2004, Penetapan di Era Pemerintahan SBY)
Andi Abdullah Bau Masseppe (2005, Penetapan di Era Pemerintahan SBY)
Pajongga Daeng Ngalle (2006, Penetapan di Era Pemerintahan SBY)
Opu Daeng Risadju, Penetapan di Era Pemerintahan SBY)
Sultan Daeng Radja (2006, Penetapan di Era Pemerintahan SBY)

MALUKU
Brigadir Polisi Karel Sasuit Tubun (1965, Penetapan di Era Pemerintahan Soekarno)
Martha Christina Tijahahu (1969, Penetapan di Era Pemerintahan Soekarno)
Kapitan Pattimura (1973, Penetapan di Era Pemerintahan Soeharto)
Nuku Muhammad Amiruddin Kaicil Paparangan (1995, Penetapan di Era Pemerintahan Soeharto)
Johannes Leimena (2010, Penetapan di Era Pemerintahan SBY)

tamat ....

Jejak dan Nama Pahlawan III

BALI
Kol I Gusti ngurah Rai (1975, Penetapan di Era Pemerintahan Soeharto)
I Gusti Ketut Jelantik (1993, Penetapan di Era Pemerintahan Soeharto)
I Gusti Ketut Pudja (2011, Penetapan di Era Pemerintahan SBY)

NUSA TENGGARA TIMUR
Prof WZ Johannes (1968, Penetapan di Era Pemerintahan Soeharto)
Izaak Huru Doko (2006 Penetapan di Era Pemerintahan SBY)
Prof Herman Johannes (2009, Penetapan di Era Pemerintahan SBY)

PAPUA
Frans Kaisiepo (1993, Penetapan di Era Pemerintahan Soeharto)
Silas Papare (1993, Penetapan di Era Pemerintahan Soeharto)
Marthen Indey (1993, Penetapan di Era Pemerintahan Soeharto)
Johannes Abraham Dimara (2010, Penetapan di Era Pemerintahan SBY)

Bersambung ......

Jejak dan Nama Pahlawan II

JAKARTA
Kapten Pierre Tendean (1965, Penetapan di Era Pemerintahan Soekarno)
Mohammad Hoesni Thamrin (1960, Penetapan di Era Pemerintahan Soekarno)
Adam Malik (1998, Penetapan di Era Pemerintahan Soeharto)
Jenderal Besar AH Nasution (2002, Penetapan di Era Pemerintahan Megawati Soekarnoputri)
Jenderal GPH Djatikusumo (2002, Penetapan di Era Pemerintahan Megawati Soekarnoputri)
Ismail Marzuki (2004, Penetapan di Era Pemerintahan SBY)
Prof Achmad Subardjo (2009, Penetapan di Era Pemerintahan SBY)

JAWA BARAT
Dr Koesoemah Atmadja (1965, Soekarno)
Laksmana Laut RE Martadinata (1966, Soekarno)
Raden Dewi Sartika (1966, Soekarno)
Sultan Ageng Titajasa (1970, Soeharto)
KH Zainal Moestafa (1972, Soeharto)
R Otto Iskandardinata (1973, Soeharto)
Prof Iwa Kusuma Sumantri (2002, Megawati Soekarnoputri)
Markoen Soemadiredja (2004, SBY)
Gatot Mangkoepradja (2004, SBY)
Tirto Adhi Soeryo (2006, SBY)
KH Noer Ali (2006, SBY)
KH Abdul Halim (2008, SBY)

JAWA TENGAH
KH Samanhudi (1961, Soekarno)
Jenderal Gatot Subroto (1962, Soekarno)
Sukardjo Wirjopranoto (1962, Soekarno)
MGR A. Sugiopranoto (1963, Soekarno)
Ir Djanda Kartawidjaja (1963, Soekarno)
Dr. Sahardjo (1963, Soekarno)
Raden Adjeng Kartini (11964, Soekarno)
Dr. Tjiptomangunkusumo (1964, Soekarno)
Alimin (1964, Soekarno)
Dr. Muwardi (1964, Soekarno)
Sri Susuhunan Pakubuwo VI (1964, Sokarno)
Jenderal Soedirman (1964, Soekarno)
Jenderal Oerip Soemohardjo (1964, Soekarno)
Prof Dr Soepomo (1965)
Jenderal Achmad Yani (1965, Soekarno)
Letjen Soeprapto (1965, Soekarno)
Letjen S Parman (1965, Soekarno)
Mayjen Soetojo Siswomihardjo (1965, Soekarno)
Supeno (1970, Soeharto)
Laksda Josaphat Soedarso (1973, Soeharto)
Prof Dr R Soeharso (1974, Soeharto)
Nji Ageng Serang (1974, Soeharto)
Fatimah Siti Hartinah Soeharto (1996, Soeharto)
Pangeran Sambernyowo/ KGPAA Mangkunegoro (1988, Soeharto)
KH Ahmad Rifa'i (2004, SBY)
Brigjen Ignatius Slamet Rijadi (2007, SBY)
Sri Susuhunan Paku Buwono X (2011, SBY)

YOGYAKARTA
Ki Hadjar Dewantoro (1959, Soekarno)
Surjopranoto (1959, Soekarno)
KH Ahmad Dahlan (1961, Soekarno)
H Fachruddin (1964, Soekarno)
Brigjen Katamso (1965, Soekarno)
Kol Sugiono (1965, Soekarno)
Nyai Achmad Dachlan (1971, Soeharto)
Pangeran Diponegoro (1973, Soeharto)
Dr Wahidin Soedirohoesodo (1973, Soeharto)
Marsda Abdulrachman Saleh (1974, Soeharto)
Marsda Mas Agustinus Adisutjipto (1974, Soeharto)
Sultan Agung Anyokrokusumo (1975, Soeharto)
Sri Sultan Hamengkubuwono IX (1990, Soeharto)
Hamengkubuwono I (2006, SBY)
Dr Ide Anak Agung Gde Agung (2007, SBY)
Ki Sarmidi Mangunsarkoro (2011, SBY)
Ignatius Joseph Kasimo Hendrowahyono (2011, SBY)
KRT Radjiman Wedyodiningrat (2013, SBY)

JAWA TIMUR
HOS Tjokroaminoto (1961, Soekarno)
Setyabudi (1961, Soekarno)
Dr Sutomo (1961, Soekarno)
KH Mas Mansur (1964, Soekarno)
KH Abdul Wahid Hasjim (1964, Soekarno)
KH Hasjim Asjarie (1964, Soekarno)
Gubernur Surjo (1964, Soekarno)
Letjen MT Harjono (1965, Soekarno)
Serda Djanatin/ Osman Bin Haji Mohammad Ali (1968, Seeharto)
Kopral Harun Bin Said/ Tahir (1968, Soeharto)
Jenderal Basuki Rachmat (1969, Soeharto)
WR Soepratman (1971, Soeharto)
Marsda Abdul Halim Perdana Kusuma (1975, Soeharto)
Marsma R Iswahjudi (1975, Soeharto)
Soeprijadi (1975, Soeharto)
Untung Suropati (1975, Soeharto)
Dr Ir Soekarno (1986/2012 -ditetapkan kembali sebagai Pahlaan Nasional (sebelumnya Pahlawan Proklamator) pada 2012 oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono)
RP SOeroso (1986, SOeharto)
Mayjen Prof Dr Moestopo (2007, SBY)
Sutomo/ Bung Tomo (2008, SBY)

Bersambung....