Kamis, 09 April 2015

Gula dan kereta api di Klaten hingga Yogyakarta

Menurut catatan Vincent JH Houben dalam buku Spoor Masa Kolonial, pada 1863 terdapat pabrik gula di sragen (22 pabrik), Boyolali (11 pabrik), Klaten (9 Pabrik), dan Kartasura (4 pabrik).  Produksi gula terbanyak di Klaten.  Pada 1863 diproduksi 40.239 pikul gula di Klaten.

Sistem tanam paksa pada 1830 - 1870 menyebabkan komoditas bernilai ekonomis, seperti tebu, banyak diproduksi.  Tetapi tanam paksa tidak diterapkan di wilayah milik Kerajaan Kasunanan dan Mangkunegaran di Solo.  Banyak pemodal menyewa tanah di wilayah itu untuk menanam tebu karena tanahnya subur.

Tanah tersebut di namai wilayah vorstenlanded, yaitu tanahyang tidak boleh dikenai sistem tanam paksa.  Tanah di kedua wilayah kerajaan tersebut memiliki tingkat kesuburan yang lebih baik dibandingkan dengan wilayah di sekitarnya.  Para pemilik modal Belanda akhirnya menyewa lahan-lahan itu untuk perkebunan-eprkebunan.  Salah satunya perkebunan tebu.

Komoditas tebu paling mencolok tingkat produksinya.  Di wilayah Surakarta, pada 1863, ada 46 pabrik gula tersebar di Sragen, Boyolali, Klaten, dan Kartasura.  Jalur kereta api menyusul kemudian.  Pada 1867, jalur kereta mulai dibangun dari Semarang menuju Tanggung, Purwodadi.

Jalur kerta api itu dilanjutkan hingga Solo dan selesai pada 1870.  Pembangunan jalur kereta dilanjutkan hingga Klaten dan selesai tahun 1871.  Lalu, berlanjut dari Klaten hingga Yogyakarta yang selesai pada tahun 1887.

Kehadiran moda transportasi kereta memberikan keuntungan besar bagi para pengusaha pabrik gula.  Adanya kerta api mempercepa pengiriman gula ke pelabuhan ekspor di semarang.  pengiriman gula juga menjadi lebih efisien.

Para pemilik modal perkebunan itu pula yang menghendaki diperluasnya jaringan rel kereta api, termasuk pembangunan jarlur tem untuk pengangkutan tebu ke pabrik-pabrik.

Begitu pula ketika pabrik-pabrik gula itu membutuhkan batu kapur untuk proses peroduksinya.  Para pemodal menginginkan supaya dibuka jaringan baru rel kereta api yang bisa mengangkut batu kapur dengan lebih efektif.

Pemenuhan batu kapur untuk pabrik-pabrik gula di wilayah vorstenlanden surakarta di datangkan dari wilayah wonogiri.  Baru pada 1922 dibangun jalur rel kereta api sepanjang 32 kilometer dari stasiun solokota hingga stasiun wonogiri.  eksploitasi batu kapur di daerah wonogiri dilanjutkan ke arah selatan.  Maka, pada tahun berikutnya, 1923, dibangun jalur rel dari stasiun wonogiri sampai stasiun baturetno sepanjang 19 kilometer.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar