Jumat, 16 Oktober 2009

ORGANISASI PERJUANGAN

Menjelang dan setelah kemerdekaan beberapa tokoh Jember sudah membentuk laskar pejuang diantaranya:
1. Kyadi Dzofir sebagai Shumukacho dan tokoh Masyumi membentuk Sabilillah, yaitu pasukan para Kyai besarma Kyai Abdullah Shiddiq, Kyai shodiq mahmud, Kyai Dawud Klompangan, KH Damanhuri Mangli, KH Sholeh Kaliwining, dll. Pembentukan tentara Sabilillah ini sporadis dan spontanitas oleh tokoh kyai setempat di berbagai kota, termasuk di Malang yang dipimpin oleh KH Masykur. Tujuan pembentukan tentara Sabilillah adalah mengawasi gerak Tentara Hizbullah yang mayoritas generasi muda agar tidak melanggar syariat Islam serta berfungsi sebagao [emasejat dam [e,bma ,emtasl dan spiritual para pejang khususnya Hizbullah, (dari catatan KH Yusuf Hasyim, makalah tentang Hizbullah, 5 April 1986). kongres ummat Islam di Yogyakarta, 8 November 1945 menetapkan Masyumi sebagai partai dan menetapkan Malang sebagai markas tertinggi Hizbullah yang dipimpin KH Zainul ARifin dan sabilillah yang dipimpin oleh KH Masykur. pada tahun 1948 Kyai Dzofir mebentuk PPPR dan banyak merekrut anggota tentara sabilillah

2. Sulthan Fadjar Njata dan para alumni cibarusa Bogor dari Jember antara lain: Sulthon, Buchori, Moch Ro'i, Moch Irfan, Abd. Hamid, H Ali, Anang, Muslich, Abd. Syarief, Abd. Rosyid, Sa'adi, Mudjahid dan Moch Ro'is membentuk Dewan pertahanan Pemuda Islam sedaerah karesidenan Besuki yang bermarkas di Kaliwates (tepatnya sekarang adalah rumah sakit PTPN, Jl. Gajahmada Jember) dan kemudian berobah menjadi laskar Hizbullah.

3. Daidantjo/ Major Soerodjo menjadi Komandan TKR/ Tentara Keamanan Rakyat Resimen Besuki yang berkedudukan di Jember. sebelum TKR adalah Badan Keamanan Rakyat/ BKR dan sesudah TKR berobah nama menjadi Tentara Rakyat Indonesia/TRI dan kemudian berubah lagi menjadi Tentara Nasional Indonesia/ TNI hingga sekarang. pada tanggal17 Desember 1948 Major Soerodjo ditetapkan sebagai STM (Sub Teritorium Militer Besuki.

4. Brigade III Damarwulan yagn Letkol Moch. Sroedji dan pada tahun 1948 membentuk 3 batalyon yaitu Batalyon 25 Banteng Merah yang dipimopin Mayor Syafiuddin di Jember, Batalyon 26 yang dipimpin Mayor Magenda di Bondowoso dan Situbondo serta Batalyon 27 yang dipimpin Letkol Ach. Rivai

5. Resimen 40 TKR dipimpin oleh Letkol Prajudi

6. TRIP (tentara Republik Indonesia Pelajar ) yang dipimpin Iskandar

7. Badan Pemberontakan Republik Indonesia (BPRI) yang diprakarsai Bung Tomo juga punya perwakilan di Jember

8. Pemuda Sosialis Indonesia (PESINDO) yan berafiliasi PKI

9. Angkatan Muda yang dipimpin Abdul Ghoffar

10. ada nama lasykar Merah, laskar Rakyat, Lasykar Banteng dan Lasykar Buruh (dikutip dari

AGRESI I DAN II

Pada waktu Agresi I yang terjadi pada tanggal 20 Juli 1974 (dari catatan pak Sadiran, seroang pejuang lokal di Jember menyatakan bahwa Agresi Belanda I terjadi pada tanggal 21 Juli 1947), Belanda pun sudah masuk sampai ke Jember. Hal ini dibuktikan dengan tditangkapnya dr. Soebandi, ketika dr. Soebandi menolong seroang prajurit yang terkena tembak Belanda. Dr Soebandi beraksud megnoperasi prajurit tersebut, akan tetapi malah ditangkap oleh Belanda. Sebagai akibatnya, dr. Soebandi mendapatkan tahanan kota.

Peristiwa itu membuktikan bahwa terjadi operasi militer oleh Belanda secara cepat dan terorganisasi; sehingga pada masa terjadinya Agresi Militer I sudah menduduki Jember. Jember dipandang strategis, bahkan mungkin pusat kolonisasi untuk daerah Besuki dan sekitarnya.

Hal demikian ini terus berjalan sampai terjadinya Agresi Belanda II atau Aksi polisional II, yang dilancarkan pada tanggal 18 Desember 1948. Dampak aksi polisional Belanda II inilah tercatat banyak pejuang Jember yang tewas, diantarannya.

Pertama, Letkol. Moh Sroedji dan Letkol dr. Soebandi yang tewas pada saat terjadi pertempuran di Kedawung. Letkol dr. Soebandi tewas ditembak Belanda karena salah mengambil jalan untuk menyelamatkan diri. Sementara Letkol. Moh Sroedji tewas setelah disiksa oleh Belanda.

Menurut penuturabn KH. KH Ahmad Murshyid (seorang pejuang yang menolong jenazah Letkol Moh. Sroedji. sekarang tinggal di Jember. waancara tanggal 13 Oktober 2006). letkol Moh. Sroedji wajahnya hancur, bahkan tulang wajahnya pun remuk, seperti terkena ppukulan benda keras.
Kedua, Pak Burah, yang meninggal dan di bakar oleh Belanda di Jatian (Mayang). dibakarnya tubuh/ jenazah pak Burah tersebut setelah Pak Burah ditembak mati, setelah usai dari masjid. Menurut penuturan Pak Tarwi, meskipun Pak Burah sudah mati, Pak Burah masih ditakuti, karena banyak anggapan Pak Burah dengan kesaktiannya masih dpat hidup lagi.

Rabu, 14 Oktober 2009

PEMBENTUKAN PETA DI KABUPATEN JEMBER

MASA-MASA PEMBENTUKAN PETA DI JEMBER

Pare pejuang kemerdekaan di Jember, pada awalnya sebagian besri menyambut dengan baik dan senang atas kedatangan Jepang. Jepang yang yang mengaku sebagai saudara tua tersebut mencoba menghibur rakyat Indoensia dngan janji akan memberian kemerdekaan bagi negeri ini.

salah satu upaya untukmempersiapkan kemerdekan itu adalah perlunya dibentuk sebuah pasuka yang disebut Pembela Tanah Air yang disingkat PETA. PETA ini dibentuk pada tangagl 27 Desember 1943. padahal sebenarnya, Jepang telah menbentuk pasukan PETA tersebut dimaksudkan sebagai persiapan perang untuk menghadapi sekutu.

meskipun demikian, banyak penjuang di Indonesia yang terlibat dalam PETA. di Jember misalnya, dr Soebandi masuk PETA dengan pangkat Eise Syodancho di DAidan Lumajang (dokter tentara). seperti halnya dr. Soebandi inilah pejuang yang lain Letkol Moh Sroedji dan para pejuang yang tergabung dalam organisasi perjuangan rakyat, misalnya Hizbullah juga sudah mulai melakukan perisapan. Di Jember dapat disebut Bapak Sulthon fajar, KH Dzafir Salam, KH Ahmad Mursyid dan lain-lain. Dapat disebut masa - masa ini merupakan jejak awal perjuangan rakyat di Jember.

Selanjutnya PETA itu sendiri tidak berumur lama ( hanya sekitar dua tahun), karena setelah jepang kalah dan menyerah pada sekutu, dengan tragedi Hiroshima dan Nagasaki, Jepang menyerah. kalahnya Jepang tersebut berakibat pada dibubarkannya pula PETA, yaitu pada tanggal 19 Agustus 1945 Selanjutnya, bermetamorfosa menjadi Resimen 40 Damarwulan. sementara, organisasi perjuangan rakyat seperti Hizbullah tetap eksis

Masa-masa pada tahun 1945 dapat dikatakan amsa yang sangat heroik. sebuah fase perjuangan dengan gegap gempitanya menggelorakan pekik kemerdekaan. seluruh rakyat Indonesia terlibat emotif, memekikkan kemerdekaan. pekik itu merupakan wujud syukur sekaligus haru. tidak ada yang tersisa dan tidak ada yang berharga kecuali kemerdekaan.

Di Jember sendir pada tahun 1945, juga terlibat secara emotif dan aktif dalam perjuanga kemerdekaan. seeprti yang dikemukakan pak Tarwi "bahkan banyak yang menangis saat itu, jka tidak ikut berjuang untuk dikirim ke Suraaya untuk bergabung ke Surabaya". perlu dikemukakan pada masa ini jember banyak dimintai dukungan berupa pengiriman pasukan utnuk bergabung dengan Bugn Tomo di Surabaya.

Berita Proklamasi 17 Agustus 1945 mendapat reaksi keras Kenpetai Jepang yang melalui harian Soara Asia mengeluarkan pengumuman peringatan keras agar penduduk dan orang -orang Belanda di Indonesia tetap jangan mengganggu kemanan, jangan menyiarkan kabar bohong sehinggamembikin kalut penduduk dan jangan berting sombong dan menghina (catatan lashkar Hzbullah, KH Hasyim Latief, hal 46, Lajnah Ta'lif Wan Nsyr PBNU).

Sesungguhnya Jepang di Indonesia berada pada posisi dilematis, karena Jepang sudah menyerah tanggal 10 Agustus 1945 pada fihak sekutu akibat kalah perang dalam perang asia timur raya shingga harus melakukan penyerahan daerah kekuasaan jajahannya pada Belanda, teapi pada sisi lain Jepang secara diam-diam mendukung kemerdekaan Indonwsia sehingg proses pengambilan kekuasaan dari tangan Jepang oleh para pejuang relatif mudah dan tanpa kekeransan.
proklamasi dapat didengarkan secara luas oleh seluruh rakyat Indonesia termasuk jember karena peran radio yang selslu menyairkan. reaksi gembira melalui teriakan "merdeka" terjadi satu da saja dengan nada ketakutan. maklumlah karena masih banyak Tentara Jepagn yang ada di Jember. tapi, pada tanggal 20 Agustus 1945 di rumah tingkkat Ping Loen (sebelah selatan Masjid Jami') daerah ambulu berkibar dua bendera yaitu mmerah putih dan cina nasionalis.

ditanya oleh Sulthan tentang pengibaran bendera tersebut, lalu dijawab tegas: saya dengarkan dari radio dan berita dari jember. bahw atentara jepang menyerah pada sekutu dan Indonesia merdeka. orang Indonesia bakal senang. untuk merayakan kemenangan sekutu (maksudnya front ABCD yaitu Amerika Serikat, Belanda, Cina nasionalis dan Denmark) maka pelu mengibarkan bendera Merah Putih dan Bendera Kebangsaan cina.

setelah diberi panjelasan bahwa sebaiknya bendera Merah Putih saja yang berkibar, kemudian diturunkan bendera cina nasionalis.

Peristiwa berkibarnya Merah Putih cepat tersiar di kecamatan Ambulu, sehingga menjadi opini rakyat saat itu. mereka bingung dengan situasi sudah Proklamasi tersebut mau melakukan apa, kecuali bergerombol di sana sini sambil membicarakan situasi.

ternyata pada tanggal 20 Agustus 1945 dikta Jember sudah banyak berkibar bendera Merah Putih dimana-mana dan plakat-plakat yang tertulis "Merdeka, Indonesia Merdeka, Merdeka atau Mati", menyematkan lencana merah putih di baju atau pecinya, pengambil-alihan kantor pemerintah, Bank, prusahaan dll ditempeli plakat "milik Republik" dan beberapa pejabat pemerintah yang pro Jepang dieksekusi rakyat tanpa proses pengadilan.

setelah pekik kemerdekaan itu dikumandangkan tidak selang lama di Surabaya, Inggris datang yang dipimpin oleh Jenderal Mallaby. Jendral Mallaby sendiri terbukti tewas pada saat perang 10 Nopember di Surabaya.

PERJUANGAN KEMERDEKAAN DI JEMBER (1942 - 1949)


BAGIAN I


Perang Dunia II tidak dapat dipungkiri memberi dampak secara luar biasa di tingkat global. tidak luput dari dampak di tingkat global atau mendunia tersebut adalah kondisi internal politik di Indonesia. Indonesia mengalami kondisi yang parah, karena Indonesia menjadi limbah politik dari pertarungan tersebut.

kolonisasi dengan segala bentuk akibat yang ditimbulkan merupakan sesuatu yang tidak dapat ditolak. akibat yang terparah adalah tertindasnya dimensi kemanusiaan rakyat Indoensia. Rakyat Indonesia mengalami kemunduran yang luar biasa dan bersifat multidimensional. akibat yang lain yang tidak kalah parahnya adalah terhambatnya proses pembentukan eksistensi negara ini sebagai negara yang merdeka dan berdaulat.

di Indonesia secar lebih khusus dapat dilihat terjadi pertarungan yang besar antara kelompok sekutu dan Jepang. anggota sekutu yang berckol lama di bumi nusantara ini adalah Belanda. secara habis-habisan Belanda melakukan praktek kolonisasi dengan berbagai macam bentuknyadari kerja paksa sampai eksploitasi sumber daya alam yang dimiliki nusantara ini.

setidaknya kolonisasi itu dilakukan oleh Belanda pada tahun 1602, ketika Belanda mendirikan VPC di Batavia. Sebuah kampium ekonomi yang awalnya ditujukan utnuk melakukan perdagangan, akan tetapi pada akhirnya berkembang untuk melakukan praktik kolonisasi territorial. kondisi ini berkembang terus sampai 1942. pada tahun 1942 inilah Belanda menyingkir dari bumi nusantara ini, setelah Jepang masuk Indonesia tepatnya pada tanggal 8 Maret 1942 (diambil dari atau dikutip dari atatan Pak Sadiran, seorang pejuang republik yangg pernah terlibat aktif di PETA. Pak Sadiran sampai sekarang masih tinggal di Jember).



InInilah sebuah fakta yang dengan dal8iha bagaimanapun tetap harus dikemukakan bahwa kolonial dan kolonialisme selalu memberi dampak yang terparah bagi subjek yang terjajah dan tertindas (Gandhi: 2001). subjek yang tertindas dan terjajah selalu sajah mengalami bentuk tindakan kekerasan dengan segala macam bentuknya. dalam kondisi demikian, bukan menjadi sesuatu yang mustahil untuk dilakukan bahwa subhek tertindas tersebut akhirnya melakukan perlawanan.

perlawanan inilah oleh kaum pejuang Indonesia diterjmahkan sebagai bentuk perjuangan yang dapat bernilai tidak semata-mata territorial dan ideologis. akan tetapi, lebih jauh dapat diterjemahkan dalam kerangka teologis: yakni, perjuangan itu diberi nilai ketuhanan. dalam konteks inilah, jihad dengan berbagai macam bentuknya mendapatkan daya relevansinya. Seperti yang dikemukakan pak Tarwi (seorang saksi dan sekaligus pelaku perjuangan. sekarang tinggal di Mayang dan aktif di DHC 45 Mayang, Kabupaten Jember). Pak tarwi menyatakan bahwa orang semula tidak berani pun dapat menjadi berani karena jihad itu. dan, tidak ada pahala bagi orang yang bejihad di jalan Allah, kecuali surga.

dalam kerangka demikian itulah para kyai dan pejuang di Indonesia dengan semangat berkobar berani melakukan perlawanan terhadap pik\hak kolonial. dan, tidak ada satu kekuatanapapun yang dapat menghalangi perjuangan tersebut. terdapat bentuk eksatuan nilai yang cukup signifikan yang dialami oleh para pejuanang. para pejuang berhasil menyatukan dua konsep nilai; yakni, nilai kebangsaan, sebuah nilai yang membutuhkan kemerdekaan dan nilai ketuhanan sebagai pengejawantahan amanat ketuhanan. bumi nusantara ini adalah amanat Tuhan yang perlu dijaga dan disyukuri keberadaannya.

sikap para pejuang tersebut, di mata pihak kolonial tentunya menimbulkan kemarahan. pihak kolonial mencap para pejuang tersebut sebagai teroris dan lain sebagainya. Piliang (2004) mengemukakan bahwa dalam kondisi tertentu sebuat kekuatan kolonial seringkali membuat klaim politik terorisme terhadap para kelom[pok perlawanannya. terorisme merupakan bentuk citraan politik yang diharapkan dapat menimbulkan efek kooptatif bagi pihak yang dituduh sebagai pihak teroris. termasuk juga Belanda dan Jepang.

bersambung

DISARIKAN DARI SEBUAH PENELITIAN BERJUDUL "STUDI TERHADAP PERAN DAN NILAI KEPAHLAWANAN KABUPATEN JEMBER" YANG MERUPAKAN REALISASI PROGRAM PENELITIAN KERJASAMA BAPPEKAB JEMBER DENGAN UNIVERSITAS ISLAM JEMBER YANG DITULIS OLEH Drs H AFTHON ILMAN HUDA M.H., Drs aCHMAD TAUFIQ Msi DAN SAMANHUDI Sag. Msi