Kamis, 18 Oktober 2012

Aku, Petani yang Kau Katakan Miskin



bumi ini
putarannya pasti
ketika pagi menegaskan sudut matahari
mengukir bayangan mengekor kemanapun langkahku pergi
dan senja menahbiskanku harus mengikuti bayangan di depan
aku tahu, aku tak mungkin menanggalkan kepastian
aku sadari, aku tak kan pernah bisa meninggalkan bayangan
kecuali sesaat saja
ketika kini matahari tepat di atas kepala,

dulu, aku melihat harapan itu diantara lumpur sawah
kini, aku melihat ketakmungkinan bermandikan lumpur menjadi bersih

akan tetapi duli TUAN
biarkanlah aku, kami bermain
tak perlulah kau diam disini  ikuti permainan
karena kakimu tak berasal dari lumpur ini
hatimu tak berakar pada tanah ini
cintamu pun tak bersemi di lembah ini

Sampai disini,
Aku yang  miskin ini lalu diam dan kembali menekuri jejak leluhur
mereka pun hanya diam dan dengan keheran-heranan memelototi
siapa suruh jadi petani? bukankah kusekolahkan engkau untuk berdasi dan bergincu??

hei, dengarlah

Aku datang terlalu awal, katanya kemudian
waktuku belum tiba.
peristiwa yang dahsyat ini masih terus berjalan, masih terus berkeliaran
dan belum sampai pada telinga orang-orang.
Kilat dan guntur memerlukan waktu,
cahaya bintang-bintang mmerlukan waktu
tindakan, meskipun sudah dilakukan,
masih memerlukan waktu untuk dapat dilihat dan didengar.
tindakan ini masih lebih jauh dari mereka
daripada bintang bintang yang paling jauh
namun mereka sudah melakukannya
UNTUK DIRI MEREKA SENDIRI!!**

** Requiem Aeternam Deo! by Nietzsche
dimana kata Tuhan akan kukurangi satu huruf, yakni "H"

Selasa, 16 Oktober 2012

Taken


Aku menyimpan semuanya di dasar hati
letupan kecilnya pernah kuungkap, dalam hiasan kata bermakna dalam
Meski AbStrak, layaknya inferno milik DanTe
atau monolith GusTaV ViGeLanD
yang seluruh permukaannya terdiri dari bentuk massal manusia
bentuk massal manusia yang menggeliat, saling terjalin,
terjerat, merekat
coba gambarkan lingkaran abadi manusia
yang terkadang terasa menjijikkan
laksana selaksa kuburan massal
....
ya, kau tidak akan pernah bisa menyentuhnya
karena bahkan dibawah langit bertabur pintangpun
aku, kamu, kita, bisa sangat terperangkap dalam gelap
..
bahkan di bawah bukit bersalju pun
sebenarnya terdapat tempat dimana flora lapuk berakumulasi,
berkelindan menjadi gambut
membentang pada titik titik muasal api abadi
beberapa diantaranya menyala berabad abad
tepat di bawah hamparan salju
salju yang aku, kamu, kita lihat begitu kokoh
...
disana,
diantara tumpukan lembah gambut
tak kan busuk rasa
yang terpendam sekian lama,
di lahan gambut kilometer hampir-nol oksigen itu
tak membusukkan raga sekian lama
karena memang rasa itu ada di raga
ada disini
dalam ragaku
mengalir dalam aliran darahku
....
aku,kamu, selalu, seperti itu

*seperti juga di lahan gambut manapun di seluruh dunia yang bersalju,
ia bisa terbakar, meledak, menyalakan api abadi
jika disulut oleh obor yang tepat

TorTureD


terlempar di sudut malam
rongga langitku menyapa dalam kelam
kembali pada sebuah waktu
aku dan kamu, berjalan bersisian
kaki kaki kita terpapar panas yang terserap bumi
gravitasinya menusuk hingga tulang belakang
kerikil tajam, bahkan butiran pasir tak bermakna itu terasa perih
menusuk kaki kaki kita sepanjang perjalanan ini
oleh karenanya kekasih,
genggamlah tanganku erat
tuk teralihkan rasa perih
menjadi riang diantara genggaman kuat
dan senyummu yang mengikat

ya ...
senyummu mengikat rinduku
dalam belukar raga di sepanjang asa
aku tahu bahwa aku akan selalu jatuh cinta padamu
maka ijinkanlah aku untuk kembali pada elemen air
dan kuijinkan kau untuk selalu dapat kembali ke elemen api-mu
biarkan untuk sebentar aku menjadi sosok melusina
agar kubiarkan kau bernjanji bahwa
kau kan berikan janji sebaagaimana setiap pria yang sedang jatuh cinta
dan aku, sang melusina
mempercayaimu sepenuhnya, mengesampingkan kepentingan pribadiku
sebagaimana layaknya  dilakukan setiap wanita yang tengah jatuh cinta

akulah wanita yang tengah jatuh cinta itu
dan akulah sang melusina
pada air beriak di waktu waktu tak tentu
kembali menjadi air, kembali kepada air
dan menunggu kehadiranmu disana
setiap waktu
pagi, siang, sore, malam
selalu, seperti itu

i'm waiting in vain
to see those roses bloom through the rain
i wake in vain
tortured as he awaken
this sweetnes love of every man' desire
intoxication like never before
This fire burns
I realize that nothing's as it seems
... as you are


*note
A million roads, a million fears
A million suns, ten million years of uncertainty
I could speak a million lies, a million songs, (STING)

Plea Bargain, Nietzsche dan Kamu Cintaku


Aku MenunGgumU SehAriaN
Untuk kupegang, Kugenggam TanganmU
BersaMa Kita MenyuSurI SetapaK
Di BawaH Langit Bertabur BintanG
Hanya Kau dan Aku
BerlarIan KeciL Kita
Saat Lentera Depan Rumah
Semakin TerlihaT
Genggaman TanganmU, TangankU Pun MakiN EraT
Tujuan Hampir Tibalah
...
Sesampai di Depan Rumah
Berdiri aku, kamu, kita, saling berhadapan
Tangan kita tetap berpagut
Wajah kita berdua mendongak
Ya, langit yang sama
Bintang tak satupun beranjak
Kau tunjuk satu bintang
Aku menunjukkan padamu
Satu untaian galaksi milky way
Putarannya seperti hati kita, kekasih
Bisikmu lirih
ya, jawabku,
putarannya seperti hati kita, hatimu, hatiku
.....
saling bertaut
saling berpadu
saling mengisi
saling melengkapi
...
sejenak terdiam
mataku pandangmu, bertumbuklah
mengisi ruang kosong seharian yang kau tinggalkan dan kutanggalkan sejak kepergianmu
adonis pujaanku
genggamanmu, menyeret membawaku pada Illiad oF HomeR
genggamanmu selaksa  genggaman ajax terhadap anak panahnya
dan zeus diantara kausa dan kuasanya
...
lalu kau bisikkan
my aphrodite
morbidezzaku
...
aku tak perlu rumah pantai yang menghadap napoli dan vesuvius
aku tak peduli pada permenungan terlalu awal
atau menjadi manusiawi terlalu manusiawi milik nietzsche
...
yang aku tahu
dan aku selalu mau tahu
aku juga mau kau tahu
bahwa kau kan selalu disini bersamaku
so, i shall not lived in vain
of becoming your majesty of love
for good
....
Aku Ingin Waktu Berhenti Disini
Agar Waktu tak Mencuri KehadiRanmu LagI
Agar Tak Lagi Ohne Heimat
Keberadaanku Tanpa Kampung Halaman
MaKa PahamiLah Kekasih
without you, things woulDn't Be the Same Ever
for those
....
Flee horses Bear Me
Without ear or dimness
through distant places
and whoever sees me knows me
and whoever knows me calls me:the homeless man
No one dares to ask me where my home is: perhaps i have never been fettered to space and flying hours
am as free as an eagle*

terakhir, aku, kamu, kita saling berbisik
beib, good things come for those who wait
...
luruh terbawa angin
-
*Hollingdale 1985, 25 dst